Soft skill B.Inggris

Posted: April 8, 2016 in Uncategorized

Name : Dingga Daudy

NPM : 12212191

Class : 4EA28

 

Title = PREDICTION ANALYSIS (FORECASTING) BOX OFFICE TICKET SALES AT PT.GRAHA LAYAR PRIMA

table of contents :

Title page………………………………………………………………………………….. i

Originality STATEMENT AND PUBLICATIONS………………………………… ii

VALIDITY SHEET……………………………………………………………………….. iii

ABSTRACTION……………………………………………………………………………………………. iv

FOREWORD………………………………………………………………………… v

TABLE OF CONTENTS………………………………………………………………………………. vii

LIST OF TABLES…………………………………………………………………………………….. ix

LIST OF FIGURES…………………………………………………………………………………. x

 

CHAPTER I….. PRELIMINARY………………………………………………………………………. 1

  • Background……………………………………………………………………. 1
  • Formulation of the problem……………………………………………………………….. 2
  • Scope of problem…………………………………………………………………. 2
  • Research purposes………………………………………… ………………………. 2
    The benefits of writing………………………………………… …………………….. 3
    Object of research………………………………………… …………….. 3
    Method of collecting data……………………………………….. . 3
    Analysis Tools Used ……………………………………. 4

 

CHAPTER II … LITERATURE ……………………………………. ………………………… 5
Theoretical framework………………………………………… ………………………….. 5
Understanding Sales Forecasting ………………………………….. 5
Sales forecasting method ………………………………………. 6
Sales Forecasting Process …………………………………. ……. 7
Similar research studies ……………………………………….. …………….. 8
Analysis tool used ………………………………………. ………. 9
Measurement errors Forecast ……………………………. 11

 

CHAPTER III RESEARCH METHODS …………………………………….. .. ……………………. 13

Object of research………………………………………… ……………………… 13
Data used ……………………………………….. ……………….. 13
Method of collecting data……………………………………….. ………. 13
Analysis tool used ………………………………………. …….. 14

 

CHAPTER IV DISCUSSION ……………………………………… .. ……………………………….. 17

Data and Research Object Profile ……………………………………… …. 17
Company history………………………………………… ……….. 17
Vision and mission of the company………………………………………. … 19
Organizational structure of the company……………………………………….. …. 19
Results and Discussion Analysis …………………………….. 20
Data analysis………………………………………… ………………………….. 20
Methods Moving Average ……………………………………….. .. 20
Weight Moving Average method ……………………………… 23
Exponential Smoothing Methods ……………………………….. 25

 

CHAPTER V … CLOSING …………………………………….. …………………………………….. 27

Conclusion…………………………………………. …………………………… 27
Suggestion…………………………………………. ……………………………………. 27
BIBLIOGRAPHY………………………………………… ……………………………………. 28

ABSTRACTION
Dingga Daudy, 12212191
ANALYSIS BOX OFFICE TICKET SALES FORECAST AT PT.GRAHA LAYAR PRIMA
PI. Department of Management, Faculty of Economics, University Gunadarma, 2015
Keywords: Forecasting Sales Forecast

(X + 28)

PT. Graha Layar Prima is a company engaged in the Film. Services offered are artificial film of Foreign Affairs and of the Interior. Starting from where researchers are interested in studying and assessing and forecasting the sales volume of movie box office ticket sales PT. Graha Layar Prima using Forecasting Analysis.
The method used in scientific writing is Moving Average, Weight Moving Average, Exponential Smoothing, Exponential Smoothing and Mean Absolute Deviation (MAD).
Ticket sales forecasting results Box Office PT. Graha Layar Prima Mall Bekasi Cyber ​​Park, Bekasi Barat for the month of May 2015 by using analytical tools Moving Average of 1,635,756,813.33, by 1.963.501.548 Weight Moving Average and Exponential Smoothing for 2059316777.5 with an error rate or error to Moving Average 575,204,644.44, amounting to 1,237,206.77 Weight Moving Average, Exponential Smoothing amounted to -334 161 347
Bibliography (2002-2010)

 

Lingkup Bisnis

Posted: October 12, 2015 in Uncategorized

BISNIS

Bisnis merupakan suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Hal itu dirangkum menurut ilmu ekonomi. Secara historis kata bisnis dari bahasa inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Sedangkan dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis kooperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.

Menurut ilmu etimologi, bisnis merupakan keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata bisnis sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung lingkupnya seperti penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya bisnis pariwisata. Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa.

Pengertian bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan bisnis dalam arti sempit merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan (Griffin & Ebert). Bisnis sebagai suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat (bussinessis then simply a system that produces goods and service to satisfy the needs of our society) (Huat, T Chwee, 1990). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bisnis adalah kegiatan yang dilakukan individu atau sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create value) melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.

Ada 2 fungsi bisnis, yang pertama yaitu fungsi mikro (kontribusi terhadap pihak yang berperan langsung) dan selanjutnya fungsi makro (kontribusi terhadap pihak yang tidak berperan langsung). Pihak yang berperan langsung dalam fungsi mikro ini adalah pekerja, dewan komisaris dan pemegang saham. Sedangkan fungsi makro merupakan kontribusi terhadap pihak yang terlibat secara tidak langsung, misalnya masyarakat sekitar perusahaan serta bangsa dan negara.

Aspek-aspek bisnis di antaranya yaitu:

  • Keuntungan individu dan kelompok
  • Penciptaan Nilai
  • Penciptaan Barang dan Jasa
  • Keuntungan melalui Transaksi

Bisnis terdiri dari berbagai macam tipe, yang dapat dikelompokkan dengan cara yang berbeda-beda. Satu dari banyak cara yang dapat digunakan adalah dengan mengelompokkan bisnis berdasarkan aktivitas yang dilakukannya dalam menghasilkan keuntungan.

  • Manufaktur adalah bisnis yang memproduksi produk yang berasal dari barang mentah atau komponen-komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contoh manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi barang fisik seperti mobil atau pipa.
  • Bisnis jasa adalah bisnis yang menghasilkan barang intangible, dan mendapatkan keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan. Contoh bisnis jasa adalah konsultan dan psikolog.
  • Pengecer dan distributor adalah pihak yang berperan sebagai perantara barang antara produsen dengan konsumen. Kebanyakan toko dan perusahaan yang berorientasi-konsumen adalah distributor atau pengecer. lihat pula: Waralaba
  • Bisnis pertanian dan pertambangan adalah bisnis yang memproduksi barang-barang mentah, seperti tanaman atau mineral tambang.
  • Bisnis finansial adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari investasi dan pengelolaan modal.
  • Bisnis informasi adalah bisnis menghasilkan keuntungan terutama dari pejualan-kembali properti intelektual (intelellectual property).
  • Utilitas adalah bisnis yang mengoperasikan jasa untuk publik, seperti listrik dan air, dan biasanya didanai oleh pemerintah.
  • Bisnis real estate adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan dengan cara menjual, menyewakan, dan mengembangkan properti, rumah, dan bangunan.
  • Bisnis transportasi adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dengan cara mengantarkan barang atau individu dari sebuah lokasi ke lokasi yang lain.

Daftar Riwayat Hidup

Posted: July 1, 2015 in Uncategorized

CURRICULUM VITAE

          Curriculum vitae adalah deskripsi tertulis tentang pengalaman kerja anda, latar belakang pendidikan, dan keterampilan. Juga disebut CV, atau hanya vitae, itu lebih rinci dari resume dan umumnya digunakan oleh mereka yang mencari pekerjaan di luar AS dan Australia. Sebuah curriculum vitae juga digunakan oleh seseorang mencari pekerjaan akademis, yaitu di college atau universitas.

Ada beberapa perbedaan antara curriculum vitae dan resume. Sebuah curriculum vitae adalah lebih lama ( hingga dua atau lebih halaman ), lebih sinopsis rinci latar belakang dan keterampilan. Sebuah CV berisi pengungkapan latar belakang pendidikan anda dan akademis serta pengalaman pengajaran dan penelitian, publikasi, presentasi, penghargaan, kehormatan, afiliasi dan rincian lainnya. Sebagai dengan resume, anda mungkin perlu berbagai versi CV untuk berbagai jenis posisi.

Seperti resume, daftar riwayat hidup harus menyertakan nama anda, informasi kontak, pendidikan keterampilan dan pengalaman. Selain dasar – dasar, CV termasuk penelitian dan pengalaman mengajar, publikasi, hibah dan beasiswa, asosiasi profesi dan lisensi, penghargaan dan informasi lainnya yang relevan dengan posisi yang anda lamar. Mulailah dengan membuat daftar semua informasi latar belakang anda, kemudian mengaturnya ke dalam kategori. Pastikan anda menyertakan tanggal pada semua publikasi yang anda masukkan.

  • Cara Dan Contoh Membuat Curriculum Vitae
  1. Urutan Penulisan Curriculum Vitae (Resume, Daftar Riwayat Hidup)
  1. Identitas (Data Pribadi)

Cantumkan identitas anda dengan jelas, seperti : Nama Lengkap, Jenis Kelamin, Tempat dan Tanggal Lahir, Kewarganegaraan, Agama, Status Perkawinan, Tinggi dan Berat Badan, Alamat Lengkap, Telepon & HP, serta email (bila ada). Khusus untuk email, sebaiknya anda memilikinya. Jika tidak memilikinya, anda dapat membuat alamat email di Gmail, Yahoo, atau Hotmail atau yang lainnya.

  1. Pendidikan

Cantumkan pendidikan formal dan pelatihan / kursus yang pernah anda ikuti, lengkap dengan tahun masuk dan tahun lulus, jurusan, jenjang studi, dan nama lembaganya. Urutannya dimulai dari pendidikan formal terlebih dulu, baru kemudian pendidikan non formal ( pelatihan, kursus, dsb ).

  1. Kemampuan

Uraikan secara singkat kemampuan anda yang relevan dengan bidang pekerjaan yang dilamar. Misalkan anda melamar kerja di bidang akuntansi, maka jelaskan secara singkat bahwa anda memahami akuntansi dan administrasi, sistem perpajakan, biasa bekerja menggunakan komputer. Tentu saja kemampuan – kemampuan yang anda tulis atau cantumkan tersebut harus benar – benar anda miliki. Jangan mencantumkan kemampuan yang tidak anda miliki.

  1. Pengalaman kerja

Cantumkan deskripsi singkat tentang pekerjaan anda pada perusahaan sebelumnya, lengkap dengan pangkat, jabatannya, jenis pekerjaan, prestasi ( bila ada ), tanggung jawab dan wewenang pekerjaan. Serta periode kerja, yaitu bulan dan tahun mulai menempati dan mengakhiri posisi tersebut. Urutannya dimulai dari pekerjaan ( atau jabatan atau posisi ) terakhir.

  1. Pengalaman Organisasi ( bila ada )

Cantumkan pengalaman organisasi yang relevan ( sesuai atau berhubungan ) dengan jenis pekerjaan yang anda lamar tersebut. Bila tidak ada yang relevan, lewati saja nomor 5 ini.

  1. Referensi Kerja ( bila ada )

Bila memungkinkan, cantumkan referensi, yaitu orang yang bisa dihubungi oleh pihak penyeleksi lamaran kerja untuk menanyakan hal – hal penting seputar diri anda ( biasanya nama atasan dimana anda bekerja sebelumnya ).

Penting : Dalam hal pencantuman nama orang yang akan dijadikan referensi, anda harus sangat yakin bahwa orang tersebut benar – benar mengetahui tentang anda serta akan memberikan informasi positif mengenai diri anda. Seandainya ragu – ragu bahwa orang tersebut akan memberikan informasi positif tentang anda, maka anda tidak perlu mencantumkan referensi kerja tersebut ( lewati saja yang nomor 6 ini ).

  1. Pengalaman lain yang menunjang ( bila ada )

Cantumkan pengalaman lain yang menunjang “promosi anda”. Dan sebaiknya yang relevan dengan jenis pekerjaan yang anda lamar tersebut. Jika anda melamar untuk posisi pemrogram komputer, maka pengalaman anda sebagai Ketua RW atau juara bulutangkis, tentunya tidak relevan. Jadi bila tidak ada yang relevan, lewati saja nomor 7 ini.

  • Kerangka Curriculum Vitae

Nama

Alamat Rumah

Nomor Telepon & Email

Pernyataan karir atau profil keahlian

PENGALAMAN KERJA

  • Pengalaman 1
  • Pengalaman 2
  • Pengalaman 3

PENDIDIKAN

  • Pendidikan 1
  • Pendidikan 2
  • Pendidikan 3

KURSUS & PELATIHAN

  • Pendidikan 1
  • Pendidikan 2
  • Pendidikan 3

KETERAMPILAN

  • Keahlian 1
  • Keahlian 2
  • Keahlian 3

PROFIL DIRI

Minat & Hobi

  • Minat/Hobi 1
  • Minat/Hobi 2
  • Minat/Hobi 3

Perilaku Konsumen

Posted: November 11, 2014 in Uncategorized
  1. SEGMENTASI PASAR

Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar yang heterogen kedalam satuan-satuan pembeli yang homogen, dimana kepada setiap satuan pembeli yang homogen tersebut dijadikan sasaran pasar yang dicapai dengan marketing mix tersendiri. Dengan demikian yang semula pasarnya satu dan luas,kemudian dibagi-bagi atau disegmentasi oleh pemasar menjadi beberapa bagian pasar yang sifatnya homogen. Homogenitas pasar tersebut dicari dan ditentukan sendiri oleh pihak pemasar.

Mengingat luasnya pasar, maka kegiatan segmentasi pasar harus dilakukan dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:

– Pasar lebih mudah dibedakan

Setiap produk yang dihasilkan adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Agar produk tersebut dapat diterima tentunya haruslah sesuai dengan selera konsumen. Sedangkan dilain pihak dengan keadaan pasar yang heterogen dan selera konsumen yang selalu berkembang tentunya sulit untuk dapat diikuti oleh perusahaan secara terus menerus. Dalam hal ini perusahaan akan cenderung mencari sekelompok konsumen yang sifatnya homogen sehingga lebih mudah untuk memahami selera konsumen. Dengan demikian pasar lebih mudah dibedakan dengan kelompok pasar yang lain.

– Pelayanan kepada pembeli menjadi lebih baik

Dalam memenuhi kebutuhannya konsumen selalu menginginkan empat hal penting yaitu kualitas barang yang bagus, harga yang terjangkau serta pelayanan yang baik dan memuaskan serta ketepatan waktu. Dari keempat hal tersebut yang sangat dominan adalah perihal pelayanan. Banyak konsumen lari ketempat lain karena masalah pelayanan. Harga dan kualitas kadang menjadi nomor dua dibanding pelayanan. Menyadari hal tersebut maka segmentaasi pasar harus dilakukan agar dapat memberikan

pelayanan yang mengarah kepada pasarnya. Bentuk pelayanan yng diberikan oleh perusahaan adalah menyediakan tempat parkir yang luas dan gratis. Pelayanan ini juga dimaksudkan untuk menarik perhatian konsumen

– Strategi pemasaran menjadi lebih mengarah

Mengingat luas dan beragamnya pasar konsumen, maka akan sulit untuk melayani semua konsumen yang sangat heterogen tersebut. Maka dengan melayani konsumen yang sifatnya homogen maka strategi pemasaran yang direncanakan dapat lebih mengarah dalam menyusun marketing mix yang meliputi perencanaan produk, harga, distribusi dan promosinya sehingga menjadi lebih tajam

– Mendesain Produk

Mendisain produk-produk yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar karena hanya dengan memahami segmen-segmen yang responsif terhadap suatu stimuli maka pemasar dapat mendisain produk yang sesuai dengan kebutuhan segmen ini. Teknik-teknik riset yang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini seperti Analisis Faktor, Analisis Klaster, Conjoint, dan Discriminant.

– Menganalisis Pasar

Sgmentasi pasar membantu pihak manajemen mendeteksi siapa saja yang akan menggerogoti pasar produknya. Para pesaing itu memiliki kemampuan untuk memberikan alternatif pilihan produk bagi konsumen dan tidak sekedar menghasilkan produk yang sama.

– Menemukan Ceruk Peluang (nieche)

Setelah menganalisis pasar, perusahaan yang menguasai segmen pasar dengan baik akan sampai pada ide untuk menenmukan peluang. Peluang ini tidak selalu sesuatu yang besar.

– Menguasai posisi yang superior dan kompetitif

Perusahaan yang menguasai segmen dengan baik umumnya adalah mereka yang paham betul konsumennya. Mereka mempelajari pergeseran-pergeseran yang terjadi di dalam segmennya.

– Menentukan Strategi komunikasi yang efektif dan efisien

Komunikasi dengan konsumen akan lebih efektif jika perusahaan tahu persis siapa segmennya termasuk warna favoritnya, jenis musik kesukaan, kegiatan sehari-hari dan pendapatnya pribadi tentang lingkungan sekitarnya. Aplikasi media iklan pun akan berbeda-beda menurut segmennya seperti media cetak ekslusif tentu cocok dengan segmen premium.

  1. DASAR – DASAR SEGMENTASI

Variabel-variabel yang berbeda dipergunakan untuk membentuk segmen pasar konumen. Variabel-variabel tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok besar. Beberapa peneliti mencoba membentuk segmen dengan melihat pada karakteistik/sifat konsumen. Pada umumnya mereka menggunakan segmen demografis, geografis dan psikografis. Kemudian mereka menguji apakah konsumen ini menunjukkan respon produk atau kebutuhan yang berbeda? Sebagai contoh mereka mungkin menguji perbedaan sikap dari para professional kerah baju (blue collars), dan kelompok lain dengan mengatakan : keselamatan (safety) sebagai manfaat mobil.

Begitu segmen dibentuk peneliti melihat apakah perbedaan karakteristik konsumen terkait dengan respon konsumen pada setiap segmen.

Untuk mengadakan segmentasi pasar dapat ditempuh dengan beberapa cara yang berbeda. Metode tersebut juga dapat berbeda antara suatu produk ke produk lainnya. Salah satu cara dalam mengadakan segmentasi pasar adalah dengan membagi segmen pasar berdasarkan sembilan kategori berikut :

  1. Geografi

Segmentasi geografi akan membagi pasar ke dalam beberapa bagian geografi yang berbeda-beda seperti negara, negara bagian, wilayah, kota, dan desa. Perusahaan akan beroperasi pada satu atau beberapa area geografi yang dipandang potensial dan menguntungkan.

  1. Demografi

Dalam segmentasi demografi, pasar dibagi menjadi grup-grup dengan dasar pembagian seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendekatan, tingkat pendidikan, dan agama. Setidaknya ada lima alasan mengapa pendekatan demografi ini hampir selalu disertakan, antara lain adalah informasi demografi adalah informasi yang mudah dijangkau dan relatif lebih murah untuk mengidentifikasikan target market, informasi demografi memberikan insight tentang trend yang sedang terjadi, meski tidak dapat untuk meramalkan perilaku konsumen, demografi dapat dilihat untuk melihat perubahan permintaan aneka produk dan yang terakhir demografi dapat digunakan untuk mengevaluasi kampanye-kampanye pemasaran.

  1. Psikografi

Ciri-ciri psikologis berkenaan dengan inner atau kualitas intrinsic dari consumer individual. Strategi segmentasi konsumen kadang-kadang didasarkan pada variabel psikologis yang spesifik.

Konsumen dapat dibagi menurut demografi tetapi seringkali ini tidaklah cukup. Perusahaan ingin tahu lebih jauh apa sebenarnya yang membuat orang-orang yang memiliki usia, penghasilan, pendapatan dan pendidikan yang sama berbeda dalam merespon suatu stimuli pemasaran. Dalam segmentasi psikografis, perilaku konsumen diobservasi melalui kelas sosial (social class), gaya hidup (lifestyle), nilai-nilai kehidupan yang dianut (value) dan kepribadian (personality).

  1. Sosicultural

Variabel sosiologis (kelompok) dan antropologis (budaya) merupakan variabel sosiokultural, meyediakan dasar lebih lanjut untuk segmentasi pasar. Untuk segmen pasar yang sukses dibagi lagi dalam segmen sesuai dengan tahap pada :

Daur hidup keluarga

Kelas sosial

Budaya dan sub budaya dan

Lintas budaya atau segmentasi pemasaran global

  1. Segmen hubungan menggunakan cara ekstrim

Sebuah cara ekstrim yang popular dan bentuk efektif segmentasi untuk kategori penggunaan merek, seperti :

Tingkat penggunaan : perbedaan segmentasi antara pengguna berat, pengguna sedang, pengguna ringan dan bukan pengguna untuk sebuah produk, jasa atau merek khusus

Tingkat kesadaran : kesadaran konsumen pada produk, tingkat ketertarikan pada produk, kesiapan membeli produk atau apakah konsumen butuh informasi tentang produk menyangkut semua aspek kesadaran

Loyalitas merek : kadang-kadang digunakan sebagai dasar untuk segmentasi. Pemasar kadang mencoba untuk mengidentifikasikan karakteristik konsumen yang loyal merek tentu mereka bisa langsung menjadi pendukung promosi mereka ke orang dengan karakteristik yang sama dalam populasi yang lebih besar.

  1. Segmen situasi penggunaan

Pemasar mengenal bahwa kesempatan atau situasi kadang-kadang menentukan apakah konsumen akan membeli atau mengkonsumsi. Untuk alasan ini mereka kadang-kadang focus pada situasi penggunaan sebagai sebuah variabel segmentasi. Segmentasi berdasarkan kesempatan dapat membantu perusahaan memperluas penggunaan produk.

  1. Segmen benefit

Bentuk segmentasi yang kuat adalah dengan mengklasifikasikan pembeli sesuai dengan manfaat berbeda yang mereka cari dari produk. Eksekutif pemasaran dan periklanan secara konstan mencoba mengidentifikasikan sebuah keuntungan paling penting dari produk atau jasa yang akan menjadi sangat berarti bagi consumer. Sebuah studi yang meguji apakah yang mengendalikan preferensi konsumen terhadap micro atau craftbeer, terindenfikasi lima kenutungan strategic brand yaitu :

Fungsional (contoh kualitas)

Nilai uang

Manfaat sosial

Manfaat emosi positif

Manfaat emosi negative

Segmentasi benefit bisa juga digunakan untuk bermacam-macam posisi merek dalam kategori produk yang sama.

  1. Segmen hybrid

Pemasar secara umum membentuk segmen pasar dengan kombinasi beberapa variabel segmen berdasarkan sebuah segmen tunggal. Segmen geodemografis, adalah sangat berguna bagi ketika sesesorang pengiklan atau pemasar menemukan prospek terbaik (kepribadian, tujuan dan ketertarikan) bisa diisolasi di mana mereka hidup. Segmen lintasbudaya & global marketing merupakan segmen geodemografis.

  1. Segmentasi Tingkah Laku

Segmentasi tingkah laku mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Banyak pemasar yakin bahwa variabel tingkah laku merupakan awal paling baik untuk membentuk segmen pasar.

  1. Segmentasi dan kepuasan

Menurut Philip Kotler (1997:36) Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja ( hasil) suatu produk dengan harapannya.

Macam-macam atau Jenis kepuasan konsumen

Kepuasan konsumen terbagi menjadi 2 :

  1. Kepuasan Fungsional, merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk. Misal : karena makan membuat perut kita menjadi kenyang.
  2. Kepuasan Psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud. Misal : Perasaan bangga karena mendapat pelayanan

yang sangat istimewa dari sebuah rumah makan yang mewah .

Pengelompokan inilah yang sering kita dengar sebagai segmentasi pelanggan. Segmentasi ini mutlak dilakukan secara bervariasi. Dapat di bagi beberapa segmen berdasarkan :

– letak geografis

– volume pembelian demografis

– produk yang dibeli

– sesuai kebutuhan Anda

Umumnya, tiap segmen adalah unik dan juga memberi kontribusi yang berbeda terhadap organisasi.

  1. Segmentasi dan profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan.

  1. Tingkatkan Efisiensi Proses Produksi

Proses produksi yang efisien akan menghasilkan penghematan. Semakin berhemat, semakin rendah pula biaya produksi. Dengan semakin rendahnya biaya produksi, maka margin keuntungan juga samakin tinggi. Terapkan prinsip-prinsip “Total Quality Management” sistem produksi Anda untuk memangkas biaya-biaya yang tidak perlu.

  1. Fokus Pada “Core Business” Terpenting Anda

Apakah Anda sudah mengetahui apa sebenarnya Core Business di mana Anda harus menfokuskan waktu, energi dan pikiran? Jika Anda melenceng pada hal-hal yang tidak penting, maka yang sedah Anda lakukan adalah pemborosan sumberdaya yang sangat berharga, yaitu waktu Anda.

  1. Berdayakan Orang-orang Yang Berdedikasi Melalui Kepemimpinan

Manusia adalah sumberdaya terpenting dalam organisasi Anda. Semakin tinggi tingkat penghargaan Anda pada aspek manusia, semaking tinggi pula tingkat kemampuan untuk menciptakan keberhasilan organisasi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan organisasi yang efektif, Anda akan mampu membawa organisasi Anda ke level yang lebih tinggi dan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi pula.

  1. Pertajam Kecerdasan Organisasi

Apakah organisasi Anda merupakan organisasi yang cerdas? Semakin cerdas organisasi, semakin tinggi pula kemampuan organisasi Anda dalam menavigasikan diri ke arah masa depan yang lebih baik. Seberapa sering Anda memberikan pelatihan-pelatihan berkualitas bagi para karyawan untuk mempertajam kemampuan mereka dalam mengelola organisasi secara lebih profesional. Semakin cerdas organisasi, semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan Anda.

  1. Kompensasi Yang Sesuai

Manusia ingin dihargai. Jika Anda membayar lebih rendah dibandingkan kemampuan dan usaha yang sudah mereka berikan bagi organisasi Anda, mereka akan merasa dirugikan. Jika mereka merasa dirugikan, maka sebaiknya Anda jangan berharap mereka akan memberikan yang terbaik bagi organisasi Anda. Jika kita melihat negara-negara yang sistem ekonominya telah maju, kita melihat bahwa sistem kompensasi yang diterapkan merefleksikan kinerja.

  1. Penggunaan segmentasi dalam strategi pemasaran

Agar segmen pasar dapat bermanfaat maka harus memenuhi beberapa karakteristik:

  • Measurable : Ukuran, daya beli, dan profil segmen harus dapat diukur meskipun ada beberapa variabel yang sulit diukur.
  • Accessible : Segmen pasar harus dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
  • Substantial : Segmen pasar harus cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani
  • Differentiable : Segmen-segmen dapat dipisahkan secara konseptual dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen-elemen dan bauran pemasaran yang berbeda.
  • Actionable : Program yang efektif dapat dibuat untuk menarik dan melayani segmen-segmen yang bersangkutan.

Langkah dalam mengembangkan segmentasi yaitu:

  1. Mensegmen pasar menggunakan variabel-variabel permintaan, seperti kebutuhan konsumen, manfaat yang dicari, dan situasi pemakaian.
  2. Mendeskripsikan segmen pasar yang diidentifikasikan dengan menggunakan variabel-variabel yang dapat membantu perusahaan memahami cara melayani kebutuhan konsumen tersebut dan cara berkomunikasi dengan konsumen.
  1. RENCANA PERUBAHAAN
  2. Analisis konsumen dan kebijakan sosial

Analisis konsumen berguna untuk melihat bagaimana konsumen mengambil keputusan dan peran pemasaran di dalamnya.

Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang mengalami berbagai pentahapan sebagai berikut:

  1. Analisis Kebutuhan. Konsumen merasa bahwa dia membutuhkan sesuatu untuk memenuhi keinginannya. Kebutuhan itu bisa dibangkitkan oleh dirinya sendiri ataupun stimulus eksternal. Stimulus bisa melalui lingkungan bergaul, sesuatu yang dilihat, ataupun dari komunikasi produk atau jasa perusahaan lewat media massa, brosur, dan lain-lain.
  2. Pencarian Informasi. Setelah kebutuhan itu dirasakan, konsumen kemudian mencari produk ataupun jasa yang bisa memenuhi kebutuhannya.
  3. Evaluasi Alternatif. Konsumen kemudian mengadakan evaluasi terhadap berbagai alternatif yang tersedia mulai dari keuntungan dan manfaat yang dia peroleh dibandingkan biaya yang harus ia keluarkan.
  4. Keputusan Pembelian. Konsumen memutuskan untuk membeli merek tertentu dengan harga tertentu, warna tertentu.
  5. Sikap Paska Pembelian. Sikap paska pembelian menyangkut sikap konsumen setelah membeli produk ataupun mengkonsumsi suatu jasa. Apakah dia akan puas dan terpenuhi kebutuhannya dengan produk atau jasa tersebut atau tidak.

Analisis Kebijakan Sosial

Analisis kebijakan (policy analysis) dapat dibedakan dengan pembuatan atau pengembangan kebijakan (policy development). Analisis kebijakan tidak mencakup pembuatan proposal perumusan kebijakan yang akan datang. Analisis kebijakan lebih menekankan pada penelaahan kebijakn yang sudah ada. Sementara itu, pengembangan kebijakan lebih difokuskan pada proses pembuatan proposal perumusan kebijakan yang baru.

Namun demikian, baik analisis kebijakan maupun pengembangan kebijakan keduanya memfokuskan pada konsekuensi-konsekuensi kebijakan. Analisis kebijakan mengkaji kebijakan yang telah berjalan, sedangkan pengembangan kebijakan memberikan petunjuk bagi pembuatan atau perumusan kebijakan yang baru.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa analisis kebijakan sosial adalah usaha terencana yang berkaitan dengan pemberian penjelasan (explanation) dan preskripsi atau rekomendasi (prescription or recommendation) terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan sosial yang telah diterapkan. Penelaahan terhadap kebijakan sosial tersebut didasari oleh oleh prinsip-prinsip umum yang dibuat berdasarkan pilihan-pilihan tindakan sebagai berikut:

  1. Penelitian dan rasionalisasi yang dilakukan untuk menjamin keilmiahan dari analisis yang dilakukan.
  2. Orientasi nilai yang dijadikan patokan atau kriteria untuk menilai kebijakan sosial tersebut berdasarkan nilai benar dan salah.
  3. Pertimbangan politik yang umumnya dijadikan landasan untuk menjamin keamanan dan stabilitas.
  4. Perubahan struktur pasar konsumen

Struktur Pasar Konsumen – Persaingan Sempurna, Monopolistik, Oligopoli dan Monopoli:

  1. Pasar Persaingan Sempurna

Jenis pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak sekali dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak. Contoh produknya

adalah seperti beras, gandum, batubara, kentang, dan lain-lain. Sifat-sifat pasar persaingan sempurna :

– Jumlah penjual dan pembeli banyak

– Barang yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain

– Penjual bersifat pengambil harga (price taker)

– Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran (demand and supply)

– Posisi tawar konsumen kuat

– Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata

– Sensitif terhadap perubahan harga

– Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar

  1. Pasar Monopolistik

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Contoh produknya adalah seperti makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar monopolistik :

– Untuk unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda

– Mirip dengan pasar persaingan sempurna

– Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda

– Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga

– Relatif mudah keluar masuk pasar

  1. Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri yang termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di Amerika Serikat, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar oligopoli :

– Harga produk yang dijual relatif sama

– Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses

– Sulit masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar

– Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain

  1. Pasar Monopoli

Pasar monopoli akan terjadi jika di dalam pasar konsumen hanya terdiri dari satu produsen atau penjual. Contohnya seperti microsoft windows, perusahaan listrik negara (pln), perusahaan kereta api (perumka), dan lain sebagainya. Sifat-sifat pasar monopoli :

– Hanya terdapat satu penjual atau produsen

– Harga dan jumlah kuantitas produk yang ditawarkan dikuasai oleh perusahaan monopol

  1. KRITERIA MEMBIDIK SEGMEN PASAR YANG EFEKTIF

Pada dasarnya tidak semua segmentasi itu efektif. Syarat yang diperlukan agar segmentasi efektif adalah

Harus bisa diukur

Besar/luasnya segmen, daya beli dan profit yang bisa diukur

Harus substansial

Segmen harus cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani

Mudah dicapai/ditemui (accesable)

Segmen harus mudah dicapai dan dilayani. Harus jelas alamatnya, bisa dihubungi, diketahui kebutuhan dan keinginannya.

Harus bisa dibedakan (differentiable)

Secara konseptual segmen harus bisa dibedakan dan memberikan respon yang berbeda yang nikah atau tidak nikah memberikan respon yang sama terhadap produk perlatan rumah tangga, tidak perlu dibuat segmen untuk wanita menikah dan tidak menikah.

Harus bisa dilakukan tindakan/dilaksanakan (actionable)

Program efektif bisa disusun untuk menarik dan melayani segmen.

  1. IMPLEMENTASI STRATEGI SEGMENTASI

Peusahaan yang menggunakan segmentasi pasar bisa mengikuti sebuah strategi segmen pasar atau sebuah strategi pemasaran terdifferensiasi.setiap segmen pasar memerlukan strategi pemasarannya sendiri. Setiap elemen bauran pemasaran harus diuji untuk menentukan kalau perubahan diperlukan dari segmen yang satu ke segmen yang lainnya. Kadang-kadang setiap segmen akan memerlukan suatu bauran pemasaran yang benar-benar berbeda, termasuk produknya. Pada waktu lainnya mungkin harga pesan iklan atau outlet eceran yang perlu dibedakan.

Pemasaran terkonsentrasi Vs terdifferensiasi

Sebuah organisasi telah mengidentifikasikansegmen pasar yang sangat menjanjikan dan harus memutuskan apakah sasarannya satu segmen atau beberapa segmen. Segmen pasar menjanjikan yang ditargetkan mendapat sebuah bauran pemasaran yang dirancang secara khusus. Target beberapa segmen menggunakan individual pemasaran gabungan yang disebut pemasaran terdifferensiasi. Sedangkan target hanya satu segmen dengan sebuah baura pemasaran yang unik disebut pemasaran terkonsentrasi.

Countersegmentation

Kadang-kadang perusahaan menemukan bahwa mereka harus mempertimbangkan kembali segmen pasar mereka sekarang. Mereka dapat menemukan bahwa beberapa segmen telah terkonsentrasi namun mereka tidak menjamin seorang individu telah merancang program pemasaran. Pada kasus lainnya perusahaan mencari untuk menemukan sebuah kebutuhan yang lebih biasa atau karakteristik konsumen yang akan menggunakan untuk anggota dua atau lebih segmen dan mengkombinasikan segmen dan merekombinasikan segmen kedalam sebuah segmen yang lebih besar dan bisa menjadi target dengan sebuah penyesuaian produk secara individual dan kampanye promosi.

Proses Keputusan Membeli

Keputusan   pembelian  merupakan kegiatan  individu  yang  secara langsung terlibat dalam pengambilan  keputusan untuk melakukan pembelian terhadap  produk yang ditawarkan  oleh penjual. Pengertian keputusan  pembelian, menurut Kotler & Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan  merupakan suatu

kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.

Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang  dapat  membuat keputusan, haruslah  tersedia beberapa alternatif pilihan.

Menurut (Kotler, 2000:204) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu:

  1. Pengenalan Masalah
  2. Pencarian Informasi
  3. Evaluasi alternatif
  4. Keputusan Membeli
  5. Tingkah laku pasca pembelian.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

  1. Pengenalan Masalah

Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.

  1. Pencarian Informasi

Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal). Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut.

Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli

  1. Evaluasi Alternative

Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian.

Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian.

  1. Keputusan Membeli

Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian.

  1. Evaluasi Pasca Pembelian

Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas.

Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas.

Ekonomi Koperasi

(Pentingnya Manajerial dalam Memajukan Koperasi)

 

 

 

 

 

 

 

Disusun Oleh :

 

 

 

Dingga Daudy

12212191

2ea28

 

 

 

Fakultas Ekonomi

Universitas Gunadarma

Bekasi

2014

 

Kata Pengantar

 

            Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuni-Nya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Ekonomi Koperasi.

            Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan makalah Ekonomi Koperasi ini. Semoga dengan adanya makalah Ekonomi Koperasi ini, dapat membantu Mahasiswa atau Mahasiswi dalam memahami materi Ekonomi Koperasi. 

            Dalam pembuatan makalah ini, penulis masih sadar masih banyak terdapat kekurangan, terutama sekali dalam hal penyajian materi. Untuk itu kritik dan saran pembaca saat penting bagi penulis.

            Akhir kata semoga Makalah Ekonomi Koperasi ini dapat berguna bagi diri penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

                                                                                                 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                Bekasi, 15 Januari 2014

 

 

Penyusun

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Kata Pengantar      ……………………………………………………………………………………..      2

Daftar Isi     ………………………………………………………………………………………………..      3

BAB 1. PENDAHULUAN

         1.1 Pengertian Koperasi     ………………………. …………………………………………..      4

         1.2 Latar Belakang permasalahan     ………………………………………….      5

         1.3 Faktor Penghambat Perkembangan Koperasi di Indonesia     ……………      7

BAB 2. TINJAUAN UMUM            

          2.1 Perumusan Masalah     …………………………………………………..      9

          2.2 Pembahasan Masalah     …………………………………………………      9

                2.2.1 Kemampuan Manajerial Pengurus     ……………………………..       9

                2.2.2 Pelayanan Koperasi     …………………………………………….       11

BAB 3. PENUTUP

          3.1 Kesimpulan     ……………………………………………………………       12   

          3.2 Saran     ………………………………………………………………….       12

          3.3 Kata Penutup     ………………………………………………………….       13

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Koperasi

Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi nasional, hal ini berarti bahwa dalam kegiatannya koperasi turut andil dalam mengambil bagian bagi tercapainya kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotanya.

Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam rangka usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-perkumpulan koperasi.

Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan landasan bagi penyusunan dan pengelolaan ekonomi nasional dalam rangka memberikan kesejahteraan kepada rakyat banyak dengan asas demokrasi ekonomi. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Dalam arti yang lebih luas, dirumuskan pada ayat (4) pasal tersebut di atas, bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Koperasi yang sering disebut sebagai sokoguru ekonomi kerakyatan ini, batasannya dirumuskan dalam Undang-Undang Perkoperasian No. 25 tahun 1992 Pasal 1 ayat (1) sebagai berikut:

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

 

 

 

Dari pasal ini dapat dipastikan bahwa :

  1. Koperasi adalah badan usaha.
  2. Pendiri / pemiliknya adalah orang-orang ( perorangan / individu ) atau badan hukum

koperasi.

  1. Bekerja berdasarkan prinsip-prinsip koperasi dan asas kekeluargaan;
  2. Sebagai gerakan ekonomi rakyat.

 

1.2 Latar Belakang Permasalahan

Koperasi di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dengan koperasi yang berada di negara-negara maju. Perbedaan yang ada bukan hanya disebabkan oleh struktur sosial masyarakat di Indonesia yang masih bersifat tradisional, namun juga sangat dipengaruhi oleh sistem sosial, ekonomi dan politik yang diterapkan. Di negara maju, koperasi telah mampu menunjukkan dirinya sebagai lembaga yang otonom dan mandiri. Selain itu peran pemerintah untuk mendukung kegiatan perkoperasian di negara maju dirasakan sangat besar.

Sedangkan kondisi di negara berkembang khususnya di Indonesia, peran pemerintah terhadap kemajuan koperasi saat ini dirasakan sangat kurang. Oleh karena itu, pemerintah harus melaksanakan peranannya dalam menetapkan kebijaksanaan pembinaan yang diperlukan guna mendorong pertumbuhan, perkembangan dan pemasyarakatan koperasi. Namun sesuai dengan prinsip kemandirian koperasi, pembinaan tersebut harus dilaksanakan tanpa mencampuri urusan internal organisasi koperasi.

Sesuai dengan landasan hukum koperasi di Indonesia, koperasi merupakan sebuah gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha yang berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Koperasi perlu mambangun dirinya dan dibangun menjadi kuat dan mandiri berdasarkan prinsip-prinsip serta jati diri koperasi sehingga mampu berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional.Landasan hukum ini telah menjadikan koperasi sebagai pilar ekonomi nasional dimana pengembangan koperasi baik pada waktu sekarang maupun pada waktu yang akan datang adalah hal mutlak dan masih diperlukan.

Selain kurangnya peran pemerintah, kondisi kesadaran masyarakat Indonesia saat ini untuk berkoperasi juga terlihat masih sangat rendah. Dari kurang lebih 230 juta penduduk Indonesia saat ini, baru sekitar 31 juta individu sebagai anggota koperasi, sekitar 35 ribu individu dalam manajemen koperasi dan sekitar 343 ribu individu sebagai karyawan koperasi (Depkop 2011). Berbeda dengan di negara maju ( misalnya Jepang dan Denmark ), dimana mayoritas penduduknya, secara sadar dan dengan kemauan sendiri menjadi anggota koperasi serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha koperasi.

Perkembangan jumlah partisipasi penduduk Indonesia pada usaha koperasi di Indonesia seperti yang terlihat dari data yang tertera pada tabel berikut ini :

Perkembangan Jumlah Partisipasi Penduduk pada Koperasi di Indonesia

Tahun

Jumlah Anggota

( orang )

Jumlah Manajer

( orang )

Jumlah Karyawan

( orang )

2001

23.644.850

26.031

176.916

2002

25.007.601

23.960

218.559

2003

27.282.658

25.493

201.461

2004

27.523.053

28.841

259.748

2005

27.286.784

28.736

280.035

2006

27.776.133

31.963

318.472

2007

28.888.067

32.015

339.390

2008

27.318.619

30.562

326.443

2009

29.240.271

32.169

325.161

2010

30,461,121

32,050

326,718

2011

30,849,913

34,342

342,896

Sumber : http://www.depkop.go.id

Demikian juga halnya dengan jumlah koperasi di Indonesia, apabila dilihat secara kuantitatif, jumlah koperasi di Indonesia mengalami peningkatan, namun jumlah peningkatan tidak diimbangi dengan peningkatan persentase jumlah koperasi aktif, yang dapat dikatakan stagnan, sedangkan persentase jumlah koperasi tidak aktif malah terus bertambah banyak setiap tahunnya.

Sehingga perkembangan jumlah koperasi tiap tahunnya dapat dikatakan kurang baik seperti terlihat dari data yang tertera pada tabel berikut ini :

 

Perkembangan Jumlah Koperasi di Indonesia

Tahun

Jumlah Koperasi

( unit )

Koperasi Aktif

( unit )

Persentase

(%)

Koperasi Tidak Aktif

( unit )

Persentase

(%)

2001

110.766

89.756

81.03 %

21.010

18.97 %

2002

118.644

92.531

77.99 %

26.113

22.01 %

2003

123.181

93.800

76.14 %

29.381

23.86 %

2004

130.730

93.402

71.45 %

37.328

28.55 %

2005

134.963

94.818

70.25 %

40.145

29.75 %

2006

141.326

98.944

70.01 %

42.382

29.99 %

2007

149.793

104.999

70.09 %

44.794

29.01 %

2008

154.964

108.930

70.29 %

46.034

29.71 %

2009

170.411

120.473

70.7 %

49.938

29.3 %

2010

177,482

124,855

70.35 %

52,627

29.65 %

2011

188,181

133,666

71.03 %

54,515

28.97 %

Sumber : http://www.depkop.go.id

Banyak kalangan menilai bahwa pertumbuhan koperasi masih jauh dari yang diharapkan. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, pertumbuhan kuantitas koperasi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik sehingga banyak koperasi yang tidak aktif. Salah satu faktor utamanya disebabkan oleh karena masih banyak anggota yang kurang berpartisipasi aktif didalam kehidupan berkoperasi, padahal partisipasi anggota dalam koperasi sangat penting peranannya untuk memajukan dan mengembangkan koperasi. Tanpa adanya partisipasi aktif anggota dalam mengawasi jalannya usaha, permodalan, dan menikmati keuntungan usaha, serta keterlibatan anggota dalam mengevaluasi hasil-hasil kegiatan koperasi, koperasi tidak akan ada artinya, dan tidak akan dapat bekerja secara efektif dan efisien yang mengakibatkan koperasi tidak akan dapat berkembang.

1.3 Faktor Penghambat Perkembangan Koperasi di Indonesia

Secara umum, ada beberapa hal yang menjadi latar belakang penghambat perkembangan usaha koperasi di Indonesia :

  1. Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia, yang secara langsung mengakibatkan terbatasnya kemampuan manajerial koperasi.
  2. Jaringan distribusi usaha dan geografi yang terbatas.
  3. Belum memiliki sarana infrastruktur yang memadai.
  4. Modal yang terbatas.
  5. Terbatasnya penerapan prinsip-prinsip ekonomi secara konsisten dalam koperasi.
  6. Pelayanan koperasi yang buruk sehingga anggota enggan berkontribusi aktif dalam usaha koperasi.
  7. Rendahnya tingkat kepercayaan anggota terhadap pengurus koperasi yang disebabkan oleh kinerja pengurus koperasi yang buruk.
  8. Rendahnya tingkat partisipasi aktif anggota dalam kegiatan usaha koperasi.
  9. Adanya kontradiksi dalam dualisme tujuan usaha koperasi, dimana disatu sisi, bertujuan untuk mencari laba sebagai sebuah badan usaha, namun disisi lain, bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya berdasarkan prinsip kekeluargaan dan saling tolong menolong yang pada dasarnya adalah faktor utama penghambat penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam usaha koperasi untuk mencari laba.
  10. Faktor ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 2
Tinjauan Umum

2.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, karena banyaknya faktor yang menjadi penghambat perkembangan koperasi di Indonesia, maka kami hanya akan membahas faktor manajemen koperasi, khususnya kemampuan manajerial pengurus dan faktor pelayanan koperasi, untuk membatasi permasalahan yang dikemukakan, sebagai berikut :

  1. Kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan usaha koperasi.
  2. Pengaruh pelayanan koperasi terhadap perkembangan usaha koperasi.

 

2.2 Pembahasan Masalah

2.2.1 Kemampuan Manajerial Pengurus

Kemampuan manajerial merupakan suatu pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang dapat membuat pekerjaan menjadi lebih efektif sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efisien.

Selain itu kemampuan manajerial juga dapat berarti suatu upaya dalam menggerakkan sumber-sumber yang tersedia untuk terlibat dalam suatu program atau kegiatan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan ini memiliki tingkatan puncak pada kemampuan untuk memimpin organisasi sebagai suatu prasyarat dalam pengelolaan manajemen tingkat atas (top management).

Dalam organisasi koperasi, kemampuan manajerial merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh para pengurus koperasi karena para pengurus merupakan mandataris rapat anggota tahunan yang akan berperan sebagai badan eksekutif dalam mengelola koperasi.

Karena pengurus koperasi memiliki tugas utama dalam mengelola koperasi dan usahanya, maka perkembangan koperasi akan ditentukan oleh kualitas pengurus koperasi tersebut.Dimana faktor pengurus koperasi memegang posisi yang sangat menentukan atau dominan atas perkembangan suatu koperasi, sebab para pengurus koperasi memiliki tugas untuk melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan program kerja koperasi.

Oleh karena itu untuk memilih seorang pengurus hendaklah individu yang dipilih karena memiliki kemampuan manajerial yang baik, dengan indikator kemampuan manajerial sebagai berikut :

1.Kemampuan Konseptual (Conceptual Skill)

Kemampuan konseptual merupakan suatu kemampuan mental untuk berfikir dalam memberikan pengertian, pandangan, persepsi, dan pendapat dalam menangani kegiatan-kegiatan organisasi secara menyeluruh, baik mengenai kebijakan, kemungkinan-kemungkinan dalam menghadapi perubahan dan bagaimana mengantisipasinya, serta mensinkronisasikan semua kegiatan dalam mancapai tujuan organisasi.

2. Kemampuan Kemanusiaan (Human Skill)

Kemampuan kemanusiaan merupakan suatu kemampuan untuk bekerja dalam kelompok atau dengan kelompok yang lain secara organisasi maupun secara individu, dalam memberikan motivasi, komunikasi, memimpin dan mengarahkan orang-orang untuk mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Kemampuan Teknis (Technical Skill)

Kemampuan teknis merupakan suatu kemampuan dalam menangani suatu masalah yang ditunjukkan melalui kemampuan menggunakan suatu prosedur, metode, maupun peralatan teknis dalam proses operasional terutama yang menyangkut peralatan kerja manusia yang biasa digunakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

4. Kemampuan Administratif (Administrative Skills)

Keterampilan administratif adalah kemampuan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia serta pengawasan segala hal yang berkaitan dengan sistem administrasi.

Selain dari ketiga indikator tersebut, terdapat juga karakteristik personal (pribadi), yang diharapkan terdapat pada seseorang dengan kemampuan manajerial yang baik. Adapun karakteristik personal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan ( Leadership )

2. Objektivitas pribadi ( Personal Objectivity )

3. Pola pikir analitis ( Analytic Thinking )

4. Fleksibilitas perilaku ( Behavior Flexybility )

5. Komunikasi Lisan ( Oral Communication )

6. Komunikasi Tulisan ( Written Communication )

7. Dampak Pribadi ( Personal Impact )

8. Daya Tahan terhadap stress ( Resistance to Stress )

9. Toleransi terhadap ketidakpastian ( Tolerance for Uncertainty )

Berdasarkan indikator-indikator kemampuan manajerial tersebut, maka setiap aspek dalam mengelola usaha baik dari segi pemahaman atau pengetahuan konseptual mengenai koperasi, segi kemampuan dalam memotivasi anggota,segi kemampuan dalam hal teknis, segi kemampuan administratif serta karakteristik-karakteristik personal adalah wajib dimiliki oleh pengurus koperasi, sehingga para pengurus koperasi dapat membawa perkembangan koperasi menuju kearah yang lebih baik.

2.2.2 Pelayanan Koperasi

Tujuan utama didirikannya koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial para anggotanya.Meningkatkan kesejahteraan dapat diartikan mengubah keadaan ekonomi anggota menjadi lebih baik dan ini dianggap sebagai manfaat atau keuntungan yang diperoleh anggota dari koperasi. Dalam usaha koperasi untuk menciptakan manfaat bagi anggota, maka pelayanan yang baik mutlak diperlukan. Pelayanan yang baik adalah yang berkesinambungan dan makin meningkat dangan menyediakan barang-barang dan jasa-jasa yang sesuai dengan kebutuhan anggota.

Semakin baik atau semakin banyak pelayanan itu, maka semakin tinggi peran serta dan kontirbusi aktif anggota koperasi tersebut. Dengan adanya pelayanan yang baik oleh koperasi kepada para anggotanya, akan meningkatkan jumlah kontribusi langsung dari para anggotanya. Pelayanan koperasi merupakan faktor yang sangat penting dalam upaya meningkatkan partisipasi anggota koperasi yang berpengaruh secara langsung dan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perkembangan usaha koperasi tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan manajerial pengurus dan pelayanan koperasi adalah faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan usaha koperasi, terutama dalam aspek partisipasi aktif dari anggota terhadap kegiatan usaha koperasi tersebut.Semakin tinggi kemampuan manajerial pengurus dalam pengelolaan koperasi dan usahanya, serta semakin tinggi tingkat kualitas serta kuantitas pelayanan yang diberikan koperasi terhadap anggotanya, akan meningkatkan partisipasi aktif para anggota dalam kegiatan usaha koperasi, yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan usaha koperasi tersebut.

3.2 Saran

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan sebuah koperasi adalah partisipasi anggotanya, dan apabila dalam koperasi telah terjadi situasi dimana anggota merasakan tidak adanya manfaat maupun  nilsi tambah yang dapat diperoleh dengan bergabung di koperasi, sebagai akibat dari buruknya kinerja manajerial serta pelayanan koperasi, maka partisipasi dari anggota akan menjadi semakin rendah.Yang harus dibenahi segera adalah reorientasi dan reorganisasi koperasi. Koperasi diorientasi dan diorganisasikan sebagai bangun perusahaan yang profesional. Koperasi harus berdiri tegak sebagai bangun perusahaan yang mandiri dan efisien.Dengan memperhatikan hal diatas, maka dengan ini kami menyarankan :

1. Pemilihan pengurus dilakukan harus berdasarkan pada kemampuan yang dimiliki oleh calon pengurus tersebut, bukan berdasarkan pada kepentingan individu maupun golongan, namun demi kepentingan seluruh anggota koperasi.

2. Koperasi harus mangadakan kegiatan pendidikan secara mandiri dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan pengurus, pengawas, karyawan, dan anggota pada umumnya agar dapat memperbaiki kinerja pengelolaan koperasi dan usahanya.

3.  Pengurus harus membuat program-program yang melibatkan anggota, sehingga dengan partisipasi anggota, diharapkan dapat menjalin komunikasi yang lebih lancar antara pengurus dan anggota, dengan demikian aspirasi-aspirasi dari anggota dapat diserap oleh pengurus koperasi, sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pengurus dapat disusun dengan berorientasi pada aspirasi-aspirasi anggota tersebut.

4. Perlu adanya penerapan standarisasi pelayanan yang diberikan koperasi terhadap para anggotanya, dengan adanya penerapan standar tersebut, diharapkan tingkat pelayanan koperasi yang tinggi dapat menjadi suatu kebiasaan, menjadi suatu etika kerja, yang semakin meningkat dan berkembang dari tahun ke tahun.

5. Perlu adanya sosialisasi oleh pengurus koperasi mengenai seluruh kegiatan dan program yang dilaksanakan di koperasi kepada para anggotanya, sehingga selueuh anggota koperasi dapat mengetahui secara langsung kondisi koperasi baik secara fisik maupun non fisik.

6. Perlu diterapkannya sistem administrasi yang terbuka dan bertanggung jawab dalam pengelolaan koperasi, dimana apabila dilakukan secara profesional dapat meningkatkan kepercayaan anggota koperasi terhadap kinerja pengurus koperasi yang secara langsung juga meningkatkan kredibilitas para pengurus koperasi dihadapan seluruh anggota koperasi.

7.Koperasi, dalam hal ini pengurus, anggota serta seluruh elemen koperasi, selalu berpikiran terbuka, untuk mau belajar dari kesuksesan koperasi lain atau pihak lain dalam pengelolan kegiatan usaha mereka, sehingga dengan bercermin pada kesuksesan pihak lain, dapat memperluas pengetahuan, ilmu, wawasan, serta kemampuan manajerial, yang diharapkan dapat membawa perkembangan gerakan ekonomi rakyadkoperasi tersebut menuju ke arah yamg lebih baik.

3.3 Kata Penutup

Demikianlah makalah Manajemen Koperasi & UKM ini kami susun dari berbagai sumber informasi yang tersedia, dengan harapan semoga kita dapat mengidentifikasikan permasalahan mendasar yang terjadi pada koperasi di Indonesia, berupa faktor-faktor penghambat perkembangan usaha koperasi, yang pada awalnya didirikan sebagai gerakan ekonomi rakyat dan menjelma sebagai sokoguru perekonomian nasional, dengan harapan bahwasanya kita dapat mencari solusi dalam mengatasi faktor-faktor penghambat diatas, menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat dalam berkoperasi serta memajukan gerakan koperasi di Indonesia sehingga pada akhirnya tujuan koperasi dalam mewujudkan kesejahteraan bagi anggotanya pada khususnya serta bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, berdasarkan pada prinsip-prinsip koperasi dan asas kekeluargaan, dapat tercapai.

 

====================================================

Aside  —  Posted: January 15, 2014 in Uncategorized

Manajemen SDM Bab 7-14

Posted: January 7, 2014 in Uncategorized

Bab 7 ; Latihan dan Pengembangan SDM

1.Pengertian dan Tujuan Pelatihan dan Pengembangan

Pelatihan adalah tindakan yang disengaja memberikan alat agar pembelajaran dapat dilaksanakan. Sedangkan Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan

Tujuan pelatihan :

1.    Untuk meningkatkan keterampilan para karyawan sesuai dengan perubahan teknologi.

2.    Untuk meningkatkan produktivitas kerja organisasi.

3.    Untuk mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi kompeten.

4.    Untuk membantu masalah operasional.

5.    Memberi wawasan kepada para  karyawan untuk lebih mengenal organisasinya.

6.    Meningkatkan kemampuan peserta latihan mengerjakan tugasnya yang sekarang.

7.    Kemampuan menumbuhkan sikap empati dan melihat sesuatu dari “kacamata” orang lain.

8.    Meningkatkan kemampuan menginterpretasikan data dan daya nalar para karyawan.

9.    Meningkatkan kemampuan dan keterampilan para karyawan dalam menganalisis suatu permasalahan serta pengambilan keputusan.

Tujuan pengembangan :

1.    Mewujudkan hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan.

2.    Menyiapkan para manajer yang berkompeten untuk lebih cepat masuk ke tingkat senior (promosi  jabatan).

3.    Untuk membantu mengisi lowongan jabatan tertentu.

4.     Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan komitmen organisasional yang lebih tinggi.

5.    Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui gaya manajerial yang partisipatif.

6.    Meningkatkan kepuasan kerja.

7.    Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif yang dapat memperlancar proses perumusan kebijakan organisasi dan operasionalnya.

8.    Mengembangkan atau merubah sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerja sama dengan sesama karyawan dan manajemen ( pimpinan )

jurnal-sdm.blogspot.com

2. Kapan Pelatihan dianggap Perlu ?

Pelatihan SDM bertujuan agar setiap pekerja dapat meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaannya, karena dengan meningkatnya persaingan dan semakin berkembangnya jaman, dituntut para pekerja yang mampu terus bersaing dan terus meningkatkan kemampuannya agar tidak ketinggalan dari pesaing. Dan secara otomatis dengan meningkatnya performas pekerja akan berakibat baik pada perkembangan perusahaan.

Pengelolaan SDM yang baik harus dilaksanakan secara berkesinambungan melalui rangkaian aktivitas yang terintegrasi. Dengan pengelolaan SDM yang baik maka dapat diciptakan SDM yang profesional dalam jumlah memadai berdasarkan keahlian yang dibutuhkan sesuai tuntutan perkembangan usaha, sehingga tercapai produktivitas SDM yang optimal dalam mendukung keberhasilan implementasi strategi yang telah ditetapkan.

Untuk menghasilkan kualitas SDM yang berkualitas, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang terus menerus. Pendidikan dan pelatihan ini bisa dilakukan secara internal perusahaan, in house training, ataupun mengirimkan pekerja secara bergantian ke berbagai training provider baik di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk mengikuti pelatihan SDM, workshop, seminar dan lain-lain.

Secara umum pelatihan SDM bertujuan untuk menyediakan pekerja yang siap pakai baik dari sisi kompetensi, manajerial, maupun perilaku, sehingga memberikan kontribusi positif bagi perusahaan yang secara terus menerus sesuai dengan perkembangan persaingan dan jabatan.Pelatihan SDM juga bertujuan untuk dapat menyiapkan kaderisasi bagi jabatan-jabatan yang akan dikembangkan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga pada saatnya tidak memerlukan waktu untuk pengisian jabatan tersebut.

jurnal-sdm.blogspot.com

 

3. Jenis Program Pelatihan dan Pengembangan

Program pelatihan terdiri dari lima langkah:

Pertama: Langkah analisis kebutuhan, yaitu mengetahui keterampilan kerja spesifik yang dibutuhkan, menganalisa keterampilan dan kebutuhan calon yang akan dilatih, dan mengembangkan pengetahuan khusus yang terukur serta tujuan perestasi.

Kedua: Merancang instruksi, untuk memutuskan, menyusun, dan menghasilkan isi program pelatihan, termasuk buku kerja, latihan dan aktivitas.

Ketiga: lagkah validasi, yaitu program pelatihan dengan menyajikan kepada beberapa orang yang bisa mewakili.

Keempat: menerapkan program itu, yaitu melatih karyawan yang ditargetkan.

Kelima: Langkah evaluasi dan tindak lanjut, dimana manejemen menilai keberhasilan atau kegagalan program ini

Terdapat tiga tahapan yang harus tercakup dalam proses pelatihan (Simamora:2006:285) yaitu:

1. Tahapan penilaian

2. Tahapan pelatihan dan pengembangan

3. Tahapan evaluasi.

jurnal-sdm.blogspot.com

  1. 4.      Orientasi Pekerja Baru

Orientasi Pekerja Baru Untuk Meningkatkan Produktivitas

Beberapa tahap orientasi yang penting dilakukan :

1. Perkenalan

Memperkenalkan pegawai baru, mulai dari unit kerjanya sendiri sampai unit kerja besarnya dan sampai unit-unit kerja terkait lainnya, akan memberikan ketenangan dan kenyamanan si pegawai, karena dia merasa diterima di lingkungannya dan hal tersebut akan mempermudah dia untuk bertanya jika ada hal-hal yang kurang jelas, bahkan dapat membina kerja sama dengan yang lain dalam rangka menjalankan tugasnya.

2. Penjelasan Tujuan Perusahaan

Dengan menjelaskan profil perusahaan secara lengkap seperti visi, misi, nilai-nilai, budaya perusahaan dan struktur organisasi, akan membuat pegawai baru lebih mengenal perusahaan tersebut, sehingga akan membangkitkan motivasi dan kemampuan dia untuk mendukung tujuan perusahaan.

3. Sosialisasi Kebijakan

Perlu adanya sosialisasi tentang kebijakan perusahaan yang berlaku, mulai dari kebijakan baik yang terkait dengan Sumber Daya Manusia seperti Reward, Career, Training, Hubungan Kepegawaian, Penilaian Pegawai, sampai Termination, juga yang terkait dengan unit kerja tempat dia bekerja, demikian juga tentang kode etik dan peraturan perusahaan. Dengan demikian akan memperjelas hal-hal yang perlu ditaati dan dijalankan dalam memperlancar tugas kerjanya.

4. Jalur Komunikasi

Membuka jalur komunikasi akan mempermudah pegawai baru menyampaikan aspirasinya maupun pertanyaan-pertanyaannya. Untuk itu perlu dibukanya ruang komunikasi bagi pegawai baru, baik melalui komunikasi rutin melalui tatap muka seperti meeting rutin, friday session dll, juga dibukanya jalur media komunikasi seperti email mapun telephone.

5. Proses Monitoring

Tentunya pada awal bekerja, si pegawai baru sudah disosialisasikan target kerja yang harus dicapai. Perlu adanya monitor rutin akan hasil kerjanya, sehingga akan membantu pegawai tersebut lebih lagi meningkatkan kinerjanya. Jika ada kekurangan, maka dapat disampaikan hal-hal yang perlu dia lakukan untuk mengatasi kekurangan tersebut. Demikian juga jika ternyata pegawai tersebut berhasil mencapai target yang lebih, maka dapat ditingkatkan lagi target kerjanya.

jurnal-sdm.blogspot.com

  1. 5.      Pelatihan dan tahap-tahapnya

Jenis pelatihan dan pengembangan

Terdapat banyak pendekatan untuk pelatihan. Menurut (Simamora:2006 :278) ada lima jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan:

1. Pelatihan Keahlian.

Pelatihan keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.

2. Pelatihan Ulang.

Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet

3. Pelatihan Lintas Fungsional.

Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.

4. Pelatihan Tim.

Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.

5. Pelatihan Kreatifitas.

Pelatihan kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan kelaikan.

Dalam tahapan ini menurut (Gomes:2003:204) terdapat paling kurang tiga tahapan utama dalam pelatihan dan pengembangan, yakni: penentuan kebutuhan pelatihan, desain program pelatihan, evaluasi program pelatihan.

jurnal-sdm.blogspot.com

  1. 6.      Pelatihan Formal dan Non Formal

Pelatihan Formal

Pelatihan formal adalah pelatihan yang dilaksanakan secara formal (resmi) oleh organisasi atau perusahaan untuk para karyawan. Pelatihan jenis ini biasanya dilakukan secara teratur, terjadwal dengan mengacu pada kurikulum-silabus yang sudah ada. Kurikulum silabus disusun berdasarkan kebutuhan pelatihan yang sudah dikaji sebelumnya, sehingga materi pelatihan itu benar-benar berkaitan dan dapat meningkatkan kemampuan pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan.

Metode pelatihan formal :

1.      Belajar mandiri

2.      Metode belajar dikelas/ceramah

3.      Pelatihan ditempat kerja ( on the job training)

4.      Unjuk kerja

5.      Simulasi

6.      Sistem magang

7.      Pelatihan vestibule

8.      Bermain peran

9.      Telaah kasus

10.  Pelatihan laboratorium

Pelatihan Non Formal

Pelatihan nonformal adalah pelatihan yang diadakan untuk melengkapi pelatihan formal. Pelatihan formal tidak selalu dapat dilakukan, karna ia memerlukan biaya yang besar, waktu yang lama, dan tenaga kerja yang harus dibayar mahal dan sebagainya. Salah satu jenis pelatihan nonformal disebut Built In training (BIT ) atau pelatihan melekat merupakan pelatihan yang berkesinambungan dan melekat dengan tugas setiap atasan, untuk  meningkatkan kemampuan karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar uraian pekerjaan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

  1. 7.      Pelatihan Supervisor, Pengembangan Team dan Pengembangan Organisasi

 

            Para manager dan supervisor organisasi bertanggung jawab tidak hanya bagi kinerja mereka sendiri, tetapi juga bagi kinerja dari para pekerjanya sendiri. Akibatnya tujuan dari pelatihan supervisi adalah untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan pengawasan atau supervisi dan manajemen supaya membantu menejemen kepegawaian untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain dan untuk membantu pegawai-pegawai dari manager dan supervisor agar bekerja lebih baik dan tangkas.

Ada dua jenis pelatihan, yaitu: organizaton development (OD) dan sensitivity training.

1.      organization development

yaitu: para manager dan supervisor tidak hanya bertanggung jawab pada pelatihan terhadap para pegawai secara perorangan untuk meningkatkan keteramplan kerja mereka, tetapi juga membantu meningkatkan kualitas hubungan kerja dari para pegawai.

      Ciri-ciri organization development:

a.       change oriented.

b.      action orinted.

c.       aimed at employees.

2.      sensitivity training

yaitu: hubungan-hubungan kerja dalam kelompok kecil dan action research yang didasarkan pada pengumpulan data dan pengumpanya kembali kepada para peserta guna memampukan mereka untuk merubah perilakunya sendiri.

Organisasi development memusatkan diri pada variable-variable proses yang terdiri dari interaksi manusiawi ketimbang dari hasil kerja itu sendiri.

jurnal-sdm.blogspot.com

  1. 8.      Arti dan Pentingnya Pengembangan SDM

 

1. Sumber Daya Manusia Pendidikan

Untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal, faktor pendidikan adalah faktor utama untuk mencetaknya. Untuk itu pelaku-pelaku pencerdas generasi bangsa ini adalah mereka yang benar-benar berkompetensi di bidangnya. Keberadaan guru dan dosen memegang peranan penting dalam proses pembelajaran masyarakat. Dari kerja keras guru dan dosen yang profesional maka tidak mustahil jika hasil yang dicapai juga akan baik bagi peningkatan sumber daya manusia.

2. Sumber Daya Manusia Pertanian

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pertanian terus dilakukan oleh pemangku kebijakan (stakeholder) dalam hal ini adalah Departemen Pertanian RI. Pembangunan di sektor Pertanian meliputi peningkatan kualitas SDM petani melalui penyuluhan tata cara bertani yang baik, merupakan program DEPTAN dalam meningkatkan keterampilan dan pemahaman tentang pertanian pada para petani.Bidang usaha yang paling maju di Indonesia adalah bidang pertanian. Maju dalam arti paling dahulu diusahakan, jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha itu paling banyak, serta pengalaman bangsa Indonesia di bidang ini tentunya paling banyak.

3.Sumber Daya Manusia Bidang Kesehatan

Terdapat 3 simpul permasalahan SDM Kesehatan yaitu (1) masalah keterkaitan antara tugas jabatan dengan kompetensinya, (2) masalah pengelolaan yang variatif khususnya dalam bidang reward, yang tergantung padakemampuan daerah, dan (3) masalah ketidakseimbanganantara rekruitmen, pendayagunaan dan pembinaan di berbagaidaerah khususnya daerah terpencil.

  1. 9.      Pengembangan SDM melalui Diklat

Dari sudut pandang langsung organisasi, pengembangan seseorang di tempat kerja dapat membantunya lebih kompeten melakukan pekerjaan. Ini akan makin meningkatkan mutu produktivitas diri produktivitas organisasi. Pengembangan SDM yang ada jauh lebih murah daripada merekrut dan mendidik pegawai baru, investasi pengembangan SDM akan mengurangi biaya operasi organisasi dan mampu menghasilkan kepuasan masyarakat yang lebih besar. Mengapa pelatihan dan pengembangan SDM begitu penting?..jawaban yang paling sederhana adalah jika organisasi pemerintah tidak mengembangkannya, maka organisasi akan kehilangan potensi pegawainya.

Organisasi yang tidak memberi harapan bagi orang-orang yang mempunyai keterampilan kemungkinan hanya akan memiliki pegawai yang tidak terampil dan tidak dapat diandalkan. Dalam kata – kata yang lebih positif, organisasi yang berkembang adalah organisasi yang pengembangan SDM nya terus menerus.

Strategi yang dapat ditempuh dalam pembinaan pengembangan SDM aparatur dimulai dari pengkajian kebutuhan  diklat (need assesment) untuk suatu program, persiapan dan pelaksanaan pendidikan, evaluasi pasca pelatihan, pemberdayaan serta dukungan anggaran yang memadai.

10. Pengembangan Melalui Penugasan

11. Pengembangan Melalui Mutasi/Promosi

Promosi adalah penghargaan dengan kenaikan jabatan dalam suatu organisasi ataupun instansi baik dalam pemerintahan maupun non pemerintah (swasta).

Dasar-dasar promosi

Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempromosikan karywan atau pegawai menurut Handoko (1999) adalah:

a. Pengalaman (lamanya pengalaman kerja karyawan).

b. Kecakapan (keahlian atau kecakapan).

c.  Kombinasi kecakapan dan pengalaman (lamanya pengalaman dan kecakapan).

3.      Syarat-syarat promosi

Persyaratan promosi untuk setiap perusahaan tidak selalu sama tergantung kepada perusahaan/lembaga masing-masing.

1.    Pengertian Mutasi

Mutasi atau transfer menurut Wahyudi (1995) adalah perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang memiliki tingkat level yang sama dari posisi perkerjaan sebelum mengalami pindah kerja. Kompensasi gaji, tugas dan tanggung jawab yang baru umumnya adalah sama seperti sedia kala.

Tujuan mutasi menurut Mudjiono (2000) adalah sebagai berikut :

Untuk meningkatkan poduktivitas kayawan.

Untuk menciptakan keseimbangan anatar tenaga kerja dengan komposisi pekejaan atau jabatan.

Untuk memperluas atau menambah pengetahuan karyawan.

Untuk menghilangkan rasa bosan/jenuh tehadap pekerjaannya.

Untuk memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya meningkatkan karir yang lebih tinggi.

Untuk alat pendorong agar spirit kerja meningkat melalui pesaingan terbuka.

Untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik karyawan.

3.    Sebab-sebab dan alasan Mutasi

Sebab-sebab pelaksanaan mutasi menurut Siswandi (1999) digolongkan sebagai berikut :

a. Permintaan sendiri

Mutasi atas permintaan sendiri adalah mutasi yang dilakukan atasa keinginan sendiri dari karywan yang bersangkutan dan dengan mendapat persetujuan pimpinan organisasi.

b. Alih tugas produktif (ATP)

Alih tugas produktif adalah mutasi karena kehendak pimpinanan perusahaan untuk meningkatkan produksi dengan menempatkan karywan yang bersangkutan ke jabatan atau pekerjannya yang sesuai dengan kecakapannya.

12. Pengembangan Melalui GKM

A. Definisi Gugus Kendali Mutu

Pengertian GKM di dalam perusahaan adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri dari 3-8 orang dari unit kerja yang sama, yang dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan mengadakan pertemuan untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu di tempat kerjanya dengan menggunakan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah.

Mutu usaha secara keseluruhan meliputi :

Produk, biaya, waktu dan penyediaan.

Keamanan, keselamatan dan kenyamanan kerja.

Metodologi kerja baik bagi kepentingan konsumen, maupun kepentingan pemerintah serta masyarakat pada umumnya.

Karena masalah mutu secara keseluruhan akan tercermin pada semua segi dari suatu usaha, maka tiap perbaikan usaha, betatapun kecilnya akan merupakan sumbangan yang bermakna bagi upaya peningkatan mutu secara keseluruhan. GKM adalah kelompok yang ssemangat dan tekadnya sangat besar, tetapi sederhana ambisinya, mereka tidak ingin memaksakan diri untuk memecahkan masalah yang besar, melainkan:

masalah yang mereka alami sendiri secara nyata

masalah yang berada dalam jangkauan kemampuan dan wewenangny

…. Sasaran GKM….

Meningkatkan kemampuan manajerial para karyawan operasional, agar tumbuh kebiasaan berpikir analitis

Mendorong setiap karyawan agar mampu memberikan sumbangan pikiran yg berkaitan dengan pengendalian mutu, sehingga tercipta lingk kerja dimana karyawan sadar akan mutu, permasalahan dan merasa berkepentingan untuk memperbaikinya

Meningkatkan moral karyawan dengan membuka kesempatan untuk berperan serta dalam mengembangkan mutu di unit kerjanya dengan didukung oleh pola hub karyawan dan atasan harmonis

Mengarahkan agar setiap karyawan dapat terlibat dalam suatu bentuk kerjasama kel yang dinamis dalam usaha untuk mencari pemecahan masalah dalam mutu pelayanan/produk/mutu kerja

13. Pengembangan Melalui Waskat

 

Untuk menciptakan pengendalian manajemen yang memadai, digunakan delapan unsur Waskat dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran satuan organisasi / kerja. Delapan unsur Waskat tersebut adalah pengorganisasian,personil, kebijakan, perencanaan, prosedur, pencatatan, pelaporan,supervisi dan reviu intern. Pimpinan organisasi wajib melakukan evaluasisecara terus menerus terhadap pelaksanaan unsur Waskat dengan menggunakan beberapa metode seperti lembar periksa (checklist ), jajak pendapat, bagan arus (flowchart ) dan wawancara.

rinintaanggita.blogspot.com

kesimpulan : pengembangan ini sangat bermanfaat sebagai acuan pengendalian manajemen yang memadai

Bab 8 ; Perencanaan dan Pengembangan Karier

 

  1. 1.      Pengertian Karier, Perencanaan Karier dan Pengembangan Karier

 

            Karier adalah sebuah kata dari bahasa Belandacarriere adalah perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan seseorang. Ini juga bisa berarti jenjang dalam sebuah pekerjaan tertentu.

 

Perencanaan karir adalah proses menentukan tujuan karir dan jalur untuk mencapai tujuan tersebut.

                                                                                                                                                   

                Pengembangan karier adalah suatu rangkaian (urutan) posisi atau jabatan yang ditempati seseorang selama masa kehidupan tertentu. Pengertian menempatkan posisi/ jabatan seseorang pekerja di lingkungan suatu organisasi, sebagai bagian rangkaian dari posisi/ jabatan yang ditempati selama masa kehidupannya. Posisi itu ditempatnya selama kehidupannya, sejak awal memasuki suatu organisasi/ perusahaan, sampai saat berhenti, baik karena pension atau berhenti/ diberhentikan maupun karena meninggal dunia.

rinintaanggita.blogspot.com

 

  1. Ruang Lingkup Perencanaan Karier

Ruang lingkup perencanaan karier mencakup hal-hal sebagai berikut:

a.    Perencanaan jenjang jabatan atau pangkat karyawan

Terdapat piramida kepangkatan yang serasi sesuai dengan prinsip rentang kendali (span of control) dalam suatu organisasi/perusahaan karena Semakin tinggi pangkat, semakin terbatas pula jumlah personil yang menduduki kepangkatan tersebut.

Perencanaan jenjang jabatan atau pangkat karyawan perlu memperhatikan faktor-faktor diantaranya: sifat tugas, beban tugas dan tanggung jawab yang dipikul pejabat yang bersangkutan.

 

b.    Perencanaan tujuan-tujuan organisasi/perusahaan.

Tujuan-tujuan organisasi mulai dari tingkat teratas sampai dengan eselon-eselon dibawahnya, akan menentukan jalur karir anggota organisasi bersangkutan. Disinilah kemampuan intelektual maupun kepribadian kepemimpinan akan diuji, untuk dapat meniti karier tersebut.

Tujuan organisasi sangat penting dirumuskan agar setiap anggota organisasi mempunyai tujuan yang jelas terarah. Dari tujuan organisasi akan dapat ditentukan:

1)    Besar kecilnya misi organisasi

2)    Berat ringannya tugas pekerjaan

3)    Spesifikasi pekerjaan yang perlu dirumuskan

4)    Jenis kelompok pekerjaan yang perlu disusun

5)    Kuantitas dan kualitas personel yang diperlukan

Jenjang karier seseorang akan menunjang kepentingan dan atau tujuan-tujuan organisasi/perusahaan yang telah disiapkan.

Manfaat perencanaan karier adalah:

•     Mengembangkan para karyawan yang dapat dipromosikan (potensial)

•     Menurunkan perputaran karyawan

•     Mengungkap potensi kayawan

•     Mendorong pertumbuhan

•     Mengurangi penimbunan

•     Memuaskan kebutuhan karyawan

•     Membantu pelaksanaan rencana-rencana kegiatan yang telah disetujui

rinintaanggita.blogspot.com

 

  1. 3.      Langkah-langkah Perencanaan Karier

 

1. Tetapkan tujuan jangka panjang

Jika Anda merupakan tipe orang yang ‘mengikuti arus’ atau menjalani sesuatu apa yang ada saat ini, artinya sekarang harus segera diubah. Anda perlu memiliki strategi atau perencanaan dalam mengembangkan karir. Salah satunya dengan menetapkan tujuan jangka panjang. Hal tersebut untuk membantu Anda mempunyai gambaran mengenai karir Anda nantinya.

2. Tetapkan tujuan jangka pendek

Anda juga perlu tetapkan tujuan untuk jangka pendek. Tujuan ini yang harus dapat dicapai dalam kurun waktu satu hingga tiga tahun ke depan. Tujuan jangka pendek merupakan dasar-dasar contoh tujuan karir yang Anda ikuti untuk membantu Anda dalam cara yang kecil.

Agar kedua tujuan tersebut dapat tercapai, lanjutkan dengan beberapa kriteria berikut.

3. Dibayangka

Tidak hanya sekadar dibayangkan, tapi Anda harus bisa membuat tujuan karir tersebut ke dalam kata-kata.

4. Tercapai

Buat perencanaan tentang bagaimana Anda harus mencapai tujuan tersebut. Buat perencanaan dalam langkah-langkah sederhana, baru kemudian lakukan satu-persatu.

5. Percaya

Percayalah bahwa Anda dapat mencapai tujuan yang sudah ditentukan tersebut. Keyakinan yang Anda miliki bisa membantu Anda dalam melaksanakan perencanaan karir.

6. Meraihnya dalam waktu tertentu

Tentukan waktu atau berapa lama Anda akan melaksanakan perencanaan karir tersebut. Anda harus mampu menyatakan berapa lama bisa meraih tujuan yang ingin dicapai.

  1. 4.      Berbagai Pertimbangan dalam Perencanaan Karier

Jika seseorang memangku jabatan cukup singkat akan mengakibatkan:

1)            Mereka belum mengenal dan menghayati pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya

2)            Belum terselesainya program kerja yang mungkin sudah ditetapkan

3)            Penghayatan pada jabatan sebelumnya belum mendalam,tetapi sudah menyiapkan diri untuk tugas baru

4)            Menimbulkan pertanyaan yang tidakmudah untuk dijawab untuk mengetahui penyebabnya.

b.            Masa jabatan yang terlalu lama

Masa jabatan yang terlalu lama juga menimbulkan gejala yang tidak sehat, akibat-akibatnya antara lain:

1)            Adanya rasa bosan karena kurang bervariasi

2)            Sikap pasif dan apatis sehingga menurunnya motivasi dan inisiatif dalam bekerja

3)            Kurang munculnya ide-ide baru/kreatifitas karena kurangnya tantangan yang berarti

4)            Menimbulkan iklim kerja yang statis

c.             Keinginan pindah jabatan

Berbagai penyebab keinginan pindah jabatan antara lain:

1)            Seseorang yang terlalu lamamenjebat didaerah terpencil sehingga tidakmudah mengembangkan diri

2)            Perasaan kurang tepat pada jabatannya sekarang

3)            Merasa bahwa jabatan sekarang sekedar batu loncatan untukmeniti karier lebih lanjut

  1. 5.      Informasi dan Konseling pada Perencanaan Karier

a.            Informasi karier

Adanya informasi/penjelasan yang lengkap tentang perencanaan karier bagi para anggota organisasi/karyawan memudahkan anggota organisasi untuk mengetahui ketentuan, persyaratan, jenjang/arah karier dalam organisasi. Pemberian informasi karier dapat dilakukan melalui ceramah, pidato pengarahan, surat edaran, lokakarya, seminar, social meeting, dan sebagainya.

b.Konseling karier

Menurut T. Hani Handoko, pembimbing karier perlu menyadari bahwa karier merupakan bagian dari rencana hidup seseorang sehingga rencana karier yang ditetapkan seharusnya adalah bagian integral dari rencana hidupnya. Sehingga perlu adanya bimbingan karier untuk penilaian pribadi dalam suatu organisasi. Penilaian pribadi tersebut meliputi minat, bakat, kemampuan, motivasi, semangat, ketrampilan, dan moral seseorang.

rinintaanggita.blogspot.com

  1. 6.      Pengembangan Karier

1.            Pengertian pengembangan karier

Pengembangan karier adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan status seseorang dalam suatu orgnisasi pada jalur karier yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan.

2.            Tahap perkembangan karier

Agar tahap perkembangan karier dapat dilakukan secara efektif maka, program karier perlu disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan unik individu dalam berbagai tahap kehidupan dan kariernya.

a.            Karier awal

Karir awal/tahap pembentukan, merupakan tahap penekanan pada perhatian untuk memperoleh jaminan terpenuhinya kebutuhan di tahun-tahun awal pekerjaannya.

Hambatan-hambatan dalam karier awal (early career)

             Frustasi dan ketidakpuasan disebabkan harapannya tidak sesuai

             Adanya penyelia yang tidak kompeten

             Intensivitas terhadap aspek politis organisasi

             Kegagalan dalam memantau lingkungan internal dan eksternal

             Mengabaikan kriteria sesungguhnya untuk pengevaluaian kinerja dari karyawan yang baru diangkat/baru memulai berkarier

             Ketegangan antara profesional yang lebih muda dan yang tua serta manajer yang diakibatkan oleh perbedaan pengalaman, kebutuhan dan minat

             Ketidakpastian mengenai batasan loyalitas yang dituntut organisasi.

             Kegelisahan mengenai integritas, komitmen, dan dependensi.

b.            Karier pertengahan

Tahap karier pertengahan(middle career) kerap kali meliputi pengalaman baru, seperti penugasan khusus, transfer dan promosi yang lebih tinggi, tawaran dari organisasi lain, kesempatan vasibilitas untuk jenjang organisasi yang lebih tinggi, dan pembentukan nilai seseornag bagi organisasi.

c.             Karier akhir

Pemberian pelatihan kepada penerus, penguranagn beban kerja, atau pendelegasian tugas-tugas utama periode karier akhir (late career) adalah agar tetap produktif dan menyiapkan diri untuk pensiun.

  1. 7.      Manfaat Perencanaan dan Pengembangan Karier

Perencanaan karir sebagaimana telah diuraikan di atas jelas sangat bermanfaat tidak hanya bagi para karyawan/anggota organisasi dalam pelaksanaan tugasnya, tetapi juga bagi organisasi sendiri secara keseluruhan. Bila dirinci, berbagai manfaat perencanaan karir dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.Mengembangkan karyawan yang dapat dipromosikan (potensial). Ini berarti perencanaan karir membantu mengembangkan suplai karyawan internal, terutama mereka yang potensial.

2.Menurunkan perputaran karyawan (“turnover”). Perhatian terhadap karir individual dalam perencanaan karir yang ditetapkan dapat meningkatkan loyalitas pada organisasi. Dengan demikian memungkinkan menurunkan “turnover” atau perputaran karyawan di dalam organisasi bersangkutan.

3.Mengungkap potensi karyawan. Dengan adanya perencanaan karir yang jelas dan mantap akan dapat mendorong para karyawan secara individual maupun kelompok untuk menggali kemampuan potensial masing-masing untuk dapat mecapai sasaran-sasaran karir yang diinginkan.

4.Mendorong pertumbuhan. Perencanaan karir yang baik akan dapat mendorong semangat kerja karyawan untuk tumbuh berkembang. Dengan demikian motivasi karyawan dapat dipelihara.

5.Mengurangi penimbunan. Ini berarti perencanaan karir akan dapat mengangkat kembali para karyawan yang  berkualifikasi untuk maju, sehingga tidak “tertimbun” tanpa harapan.

6.Memuaskan kebutuhan karyawan. Dengan adanya perencanaan karir berarti adanya penghargaan terhadap individu karyawan, yang berarti pula adanya pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi individu. Hal inilah yang akan dapat memuaskan karyawan, yang pada dasarnya hal semacam itu adalah kebutuhan karyawan juga.

7.Membantu pelaksanaan rencana-rencana kegiatan yang telah disetujui. Perencanaan karir dapat membantu para anggota kelompok agar siap untuk jabatan-jabatan lebih penting. Persiapan ini akan membantu pencapaian rencana-rencana kegiatan yang telah disetujui.

rinintaanggita.blogspot.com

Bab 9 ; Promosi dan Pemindahan

  1. 1.      Jalur Promosi

Analisa jabatan memberikan informasi dasar yang diperlukan utk menggambarkan jalur promosi dalam suatu organisasi. Biasanya pernyataan” yang berada dalam pikirin para karyawan / calon karyawan adalah sbb :

1.     Menuju jabatan apa jabatan ini

2.    Demi jabatan apa kita akan dipromosikan ke jabatan ini.

Karena itu perencanaan yang jelas tentag jalur promosi perlu dilakukan sebab sering kalur promosi tersebut terbatas pada suatu departeman saja. contoh : seorang pejabat bagian produksi maksimal hanya bisa naik pangkat sampai direktur produksi.

  1. 2.      Berbagai Dasar Promosi

Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempromosikan karyawan adalah:

1.     Pengalaman (senioritas)

Pengalaman yaitu promosi yang didasarkan pada lamanya pengalaman kerja karyawan. Pertimbangan promosi adalah pengalaman kerja seseorang, orang yang terlama bekerja pada perusahaan mendapat prioritas utama dalam tindak promosi.

2.    Kecakapan (ability)

Kecakapan (ability) yaitu seseorang akan dipromosikan berdasarkan penilaian kecakapan. Pertimbangan promosi adalah kecakapan, orang yang cakap atau ahli mendapat prioritas pertama untuk dipromosikan. Kecakapan adalah total dari semua keahlian yang diperlukan untuk mencapai hasil yang bisa dipertanggungjawabkan.

3.    Kombinasi pengalaman dan kecakapan

Kombinasi pengalaman dan kecakapan yaitu promosi yang berdasarkan lamanya pengalamandan kecakapan. Pertimbangan promosi adalah berdasarkan lamanya dinas, ijazah pendididkan formal yang dimiliki dan hasil ujian golongan. Jika seseorang lulus dalam ujian dan hasil ujian kenaikan dipromosikan.

  1. 3.      Kecakapan Kerja Versus Senioritas

Masalah kecakapan kerja dan senioritas didalam perusahaan sulit untuk diputuskan mengingat baik kecakapan maupun senioritas masing-masing mempunyai kelebihan dan untuk memilih mana yang lebih baik. apabila kita kelompokkan kecakapan kerja dan senioritas adalah sebagai berikut :

Kecakapan kerja:

Dalam kelompok ini perubahan organisasi, perubahan cara kerja, dan perubahan hubungan kerja, umumnya tidak sulit diterima dan mudah untuk menyesuaikan diri.

Senioritas:

Dalam kelompok ini perubahan organisasi, perubahan cara kerja, dan perubahan hubungan kerja , umumnya sulit diterima karena kelompok ini sudah terbiasa dengan cara-cara lama yang biasa dilakukan sehingga memerlukan pemahaman kembali dan adaptasi dalam menghadapi perubahan.

Apabila kita hubungkan dengan rencana promosi akan timbul pertanyaan mana yang lebih prioritas untuk dipromosi, apabila perusahaan dihadapkan dua pilihan dimana kelompok-kelompok tersebut sama-sama mempunyai kecakapan, mari berkompromi dengan melihat nilai plus dari keduanya maka yang akan muncul adalah senioritas.

  1. 4.      Penurunan (Demotion)

Demosi merupakan suatu bentuk mutasi vertikal yang berupa penurunan pangkat/posisi/jabatan/pekerjaan yang secara otomatis dengan penurunan pendapatan. Suatu demosi biasanya dilakukan karena seorang tenaga kerja telah melakukan pelanggaran disiplin organisasi yang berat. Demosi adalah perpindahan karyawan dari suatu jabatan ke jabatan yang lebih rendah di dalam suatu organisasi, wewenang, tanggung jawab, pendapatan sertas statusnya semakin rendah.

Demosi adalah penurunan pangkat/jabatan seorang karyawan yang dilakukan dalam suatu organisasi (Hasibuan, 2001: 114). Tujuan demosi adalah untuk menghindari kerugian perusahaan, memberikan jabata/posisi, gaji dan status yang tepat sesuai dengan kemampuan kecakapan karyawan yang bersangkutan. Demosi ini merupakan hukuman terhadap karyawan yang tidak mampu mengerjakan tugas-tugasnya pada jabatan yang dipangkunya hingga jabatannya diturunkan.

rinintaanggita.blogspot.com

  1. 5.      Pemindahan

Memindahkan karyawan dari suatu jabatan ke jabatan lain dalam satu tingkatan organisasi secara horizontal tanpa adanya peningkatan tanggung jawab, kekuasaan maupun gaji.

DASAR PEMINDAHAN:

·         Karyawan yang bersangkutan

·         Kehendak perusahaan

Pemindahan yang didasarkan atas keingian pegawai pada umunya hanya merupakan memindahan jabatan yang sama. Alasan pemindahan tersebut misalnya pegawai tersebut merasa kurang tepat pada jabatannya atau kurnag bisa kerja sama dengan kawan-kawan sepekerjaan atau dengan atasan langsungnya.

Pemindahan karena keinginan perusahaan dapat terjadi karena dua sebab. Sebab pertama adalah untuk menjamin bahwa kepercayaan pegawai bahwa mereka tidak akan diberhentikan karena kekurangan kecakapan dan jabatan yang lama. Sebab yang kedua adalah untuk mengurangi rasa bosan pegawai karena dianggap terlalu lama memegang jabatan yang sama.

Menurut Manullang, pemindahan pegawai karena keinginan perusahan dapat terjadi sebagai berikut:

1.      Kebutuhan untuk menyesuaikna sementara misalnya seseorang tidak masuk kerja

2.     Mengatasi keadaan darurat karena fluktuasi volume pekerjaan

3.     Kebutuhan latihan, misalnya rotasi jabatan

4.     Kebutuhan ploeg pekerja.

  1. 6.      Rencana Promosi dan Pemindahan

Sebaiknya suatu perusahaan membuat rencana yang jelas untuk promosi dan pemindahan bagi para karayawannya. Apabila perusahaan tidak memilikinya maka perusahaan tidak mempunyai acuan tentang dasar-dasar promosi dan pemindahan sehingga dalam prakteknya sering terbentuk pada faktor subyektifitas. Oleh karena itu, perusahaan harus menetapkan dan membuat:

1.     Hubungan horizontal dan vertikal dari masing-masing jabatan

Seorang karyawan yang hendak dipindahkan atau dipromosikan tidak boleh ditempatkan pada sembarang jabatan. Karawan tersebut harus ditempatkan ke jabatan yang ada hubungannya dengan jabatan sebelumnya. Oleh karena itu, sebelum diadakan pemindahan pegawai harus ditentukan hubungan vertikal maupun horizontal dari masing-masing karyawan.

2.    Penulisan kecakapan pegawai

Apabila hubungan vertikal dan horizontal telah ditetapkan maka untuk menetukan calon siapa yang akan dipromosikan atau dipindahkan ke jabatan yang lowong, harus diadakan penilaian kecakapan pegawai-pegawai tersebut. Dengan penilaian yang diadakan akan diperoleh keterangan pegawai mana yang pantas dipromosikan dan pegawai mana yang akan dipindahkan.

3.    Ramalan lowongan dan data pegawai

Berkaitan dengan lowongan pekerjaan pada suatu perusahaan terdapat dua cara penetapan. Cara yang pertama adalah dengan terlebih dahulu mendapatkan data trun over pegawai dan kemudian menetukan proyek-proyek yang diharapkan dibuka. Dengan cara demikian dapat ditetukan besarnya lowongan yang mungkin dibuka pada waktu yang akan datang. Misalnya dalam suatu perusahaan terdapat dua ratus lima puluh orang dan trunover pegawai adalah sepuluh persen. Proyek yang diharapkan dibuka memerlukan tambahan karyawan sebanyak dua puluh orang, maka berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa ramalan lowongan berjumlah empat puluh lima orang.

rinintaanggita.blogspot.com

kesimpulan : promosi dan pemindahan sangat berguna sebagai penunjang kinerja karyawan sehingga karyawan lebih dapat mengeksplor dan memajukan perusahaan

Bab 10 ; Penilaian Prestasi Kerja

  1. 1.      Arti dan Pentingnya  Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian prestasi kerja merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan ulang dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodic. Dapat diartikan juga penilaian prestasi adalah suatu analisa yang adil dan jujur tentang nlai karyawan bagi organisasi.

Proses adalah suatu cara yang sistematis atau langkah-langkah yang diikuti dalam menghasilkan sesuatu. Dalam sebuah penilaian prestasi kerja terdiri dari kegiatan-kegiatan yaitu identifikasi, observasi, pengukuran, dan pengembangan hasil kerja karyawan dalam sebuah organisasi. Bukan saja kuantitas kerja tetapi juga watak, kelakuan dan kualifikasi-kualifikasi pribadi daari karyawan. Penilaian prestasi berupaya mengevaluasi prstasi (karyawan/pekerja) untuk berbagai keperluan.

Tahap identifikasi merupakan tahap awal dari proses yang terdiri atas penentuan unsur-unsur yang akan diamati. Kegiatan ini dimulai dengan melakukan analisis pekerjaan agar dapat mengenali unsur-unsur yang kan dinilai dan dapat mengembangkan skala  penilaian.

Selanjutnya dilanjutkan dengan observasi. Dengan dilakukan observasi berarti ada pengamatan secara seksama dan periodic. Semua unsur yang dinilai harus diamati secara seksama agar dapat dibuat penilaian yang wajar dan tepat. Denagn kata lain, observasi yang jarang dilakukan dan observasi yang tidak berkaitan dengan prestasi kerja dapat menghasilkan hasil penilaian sesaat dan tidak akurat.

Ekonomi.kompasiana.com

  1. 2.      Tujuan Penilaian Prestasi Kerja

a.       Penilaian kinerja bertujuan untuk memperbaikai pelaksanaan pekerjaan para pekerja dengan memberikan bantuan agar setiap pekerja mewujudkan dan mempergunakan potensi dan yang dimilikinya secara maksimal dalam melaksanakan missi organisasi atau perusahaan melalui pelaksanan pekerjaan masing-masing.

b.      Penilaian kinerja bertujuan untuk menghimpun dan mempersiapkan informasi bagi pekerja dan para manajer dalam membuat keputusan yang dapat dilaksanakan sesuai dengan bisnis organisasi/perusahan tempat bekerja.

c.       Penilaan Kinerja secara umum bertujuan untuk menyusun inventarisasi SDM di lingkungan organisasi yang dapat digunakan dalam mendesain hubungan antara atasan dan bawahan, guna mewujudkan saling pengertian dan penghargaan dalam rangka mengembangkan keseimbangan antara keinginan pekerja secara individual dengan sasaran perusahaan. Dari hasilnya dapat diketahui juga tentang kepuasan kerja atau sebaliknya, disamping dapat digunakan untuk menyusun program pengembangan pribadi, pengembangan karakter, program pelatihan.

d.       Penilaian kinerja bertujuan untuk meningkatkan motivasi kerja, yang berpengaruh pada para prestasi kerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Untuk itu hasil penilaian kinerja perlu diketahui para pekerja.

2.      Berikut ini dikemukakan beberapa tujuan khusus dari penilaian kerja:

a.       Penilaian Kinerja merupakan kegiatan yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam melakukan promosi, menghentikan pelaksanaan pekerjaan yang keliru menegakkan disiplin sebagai kepentingan bersama, menetapkan pemberian penghargaan dan merupakan ukuran dalam menambah pekerja melalui perancanaan SDM.

b.      Penilaian Kinerja menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai kreteria dalam membuat tes yang validitasnya tinggi.

c.       Penilaian Kinerja menghasilkan informasi yang sebagai umpan balik (feed back) bagi pekerja dalam meningkatkan efisiensi kinerjanya, dengan memperbaiki kekurangan atau kekeliruanya dalam melaksanakan pekerjaan.

d.      Penilaian Kinerja berisi informasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kebutuhan pekerjaan dalam meningkatkan prestasi kerja.

e.       Penilaian Kinerja memberikan informasi tentang spesifikasi jabatan, baik menurut pembidangan maupun berdasarkan penjengjangan dalam struktur perusahaan.

f.       Penilaian Kinerja yang harus dilaksanakan oleh manajer dengan atau tanpa kerjasama petugas manajemen SDM terhadap bawahannya.

Ekonomi.kompasiana.com

  1. 3.      Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

Aspek yang berpengaruh pada penetapan saat penilaian adalah :

•           Lama siklus dan tanggal penilaian

•             Tujuan penilaian :

ü   Komunikasi dan evaluasi : Kinerja saat ini atau periode kerja

ü  Promosi : beberapa periode penilaian

ü   Metode titik fokus : Seluruh karyawan dinilai pada periode yang sama biasanya akhir tahun.

  1. 4.      Tanggung Jawab Penilaian

Atasan langsung bertanggung-jawab untuk menilai kinerja karena dialah yang setiap saat dapat mengamati para karyawan.

Bawahan

Bawahan berada dalam posisi yang tepat untuk menilai efektivitas manajerial. Pendukung pendekatan ini percaya bahwa atasan sangat menyadari kebutuhan kelompok kerja dan dapat membuat pekerjaan lebih baik. Sebaliknya, kritikus khawatir bahwa bawahan takut akan pembalasan.

 Peers

Kekuatan utama untuk menilai kinerja adalah rekan kerja, yang memiliki kinerja dan pandangan yang khas, terutama dalam tugas-tugas tim.

 Evaluasi diri

Jika karyawan memahami tujuan dan kriteria untuk evaluasi, mereka memiliki posisi yang baik untuk menilai kinerja mereka sendiri.

                Pelanggan

Organisasi menggunakan pendekatan ini karena hal ini menunjukkan komitmen terhadap pelanggan, karena karyawan adalah pemegang tanggung-jawab.

  1. 5.      Obyek dan Macam-macam Metode Penilaian

objek

a)      Hasil kerja individu

Jika mengutamakan hasil akhir, maka pihak manajemen melakukan penilaian prestasi kerja dengan obyek hasil kerja individu. Biasanya berlaku pada bagian produksi dengan indikator penilaian output yang dihasilkan, sisa dan biaya per-unit yang dikeluarkan.

b)      Perilaku

Untuk tugas yang bersifat instrinsik, misalnya sekretaris atau manajer, maka penilaian prestasi kerja ditekankan pada penilaian terhadap perilaku, seperti ketepatan waktu memberikan laporan, kesesuaian gaya kepemimpinan, efisiensi dan efektivitas pengambilan keputusan, tingkat absensi.

c)      Sifat

Merupakan obyek penilaian yang dianggap paling lemah dari kriteria penilaian prestasi kerja, karena sulit diukur atau tidak dapat dihubungkan dengan hasil tugas yang positif, seperti sikap yang baik, rasa percaya diri, dapat diandalkan, mampu bekerja sama.

Metode penilaian

a)      Rating Scales (Skala Rating)

Metode ini cocok digunakan jika hasilnya digunakan untuk keperluan seleksi, promosi, pelatihan, dan pengkajian berdasarkan hasil prestasi.Dengan menggunakan metode ini hasil penilaian kinerja karyawan dicatat dalam suatu skala. Skala dibagi dalam tujuh atau lima kategori dan karena konsep yang akan dinilai bersifat kualitatif, maka kategori yang digunakan bersifat kualitatif, yaitu dari sangat memuaskan sampai sangat tidak memuaskan.

Factor yang diniliai dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu yang berkaitan dengan pekerjaan dan yang berkaitan dengan karakteristik pekerja.Factor-faktor yang berkaitan dengan pekerjaan terdiri atas kuantitas pekerjaan, apakah standar kualitas yang telah ditetapkan dapat dicapai. Sedangkan yang berkaitan dengan karakteristik pekerja mencakup kemampuan untuk bertanggungjawab, inisiatif, kemampuan beradaptasi, dan kerja sama.

b)      Critical Incidents (Insiden-insiden Kritis)

Penilai melakukan penilaian pada saat saat kritis saja, yaitu waktu dimana perilaku karyawan dapat membuat bagiannya sangat berhasil atau bahkan sebaliknya. Metode ini harus digabungkan dengan metode yang lain.

c)      Essay

Penilai menulis cerita ringkas yang menggambarkan prestasi kerja karyawan.Penilaian ini sangat mengandalkan kemampuan menulis penilai.

d)      Work Standards (standar kerja)

Membandingkan kinerja karyawan dengan standart yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

e)      Ranking

Penilai menempatkan semua karyawan yang dinilai ke dalam urutan ranking. Kesulitan dihadapi apabila terdapat dua orang atau lebih yang memiliki prestasi yang hamper tidak dapat dibedakan.

f)       Forced Distribution

Dalam metode ini diasumsikan bahwa karyawan dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu dari kategori yang paling baik, baik, cukupan, buruk, sangat buruk.

g)      Forced-choice and Weighted Checklist Performance Report

Laporan ini memerlukan penilai untuk memilih karyawan mana yang dapat mewakili kelompoknya.Factor yang dinilai adalah prestasi karyawan.

h)      Behaviorally Anchored Scales

Penilaian berdasarkan catatan penilai yang menggambarkan perilaku karyawan yang sangat baik atau sangat jelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja.

i)        Metode Pendekatan Management By Objektif (MBO)

Setiap karyawan dan penyelia secara bersama-sama menentukan sasaran organisasi, tujuan individu dan saran-saran untuk meningkatkan produktivitas organisasi

  1. 6.      Daftar Penilaian Pekerjaan

Unsur-unsur Pelaksanaan Dalam Penilaian Prestasi Kerja

  • Kuantitas dan kualitas kerja
  • Kerja sama
  • Kepribadian
  • Kepandaian yang beraneka ragam
  • Kepemimpinan
  • Keselamatan
  • Pengetahuan pekerjaan
  • Kehadiran
  • Kesetiaan
  • Ketangguhan
  • Inisiatif
  • Sikap
  1. 7.      Unsur-unsur Pelaksanaan Dalam Penilaian Prestasi Kerja

 

Tidak pernah menyangsikan kebenaran Pancasila baik dalam ucapan, sikap, tingkah laku, dan perbuatan;

Menjunjung tinggi kehormatan Negara dan atau Pemerintah, serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang, atau golongan;

Berusaha memperdalam pengetahuan tentang Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelaiari haluan Negara, politik Pemerintah, dan rencana-renca Pemerintah dengan tujuan untuk melaksanakan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna;

Tidak menjadi simpatisan/anggota perkumpulan atau tidak pernah terlibat dalam gerakan yang bertujuan mengubah atau menentang Pancasila Undang-Undang Dasar 1945, bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau Pemerintah;

Ekonomi.kompasiana.com

 

Tidak mengeluarkan ucapan, membuat tulisan, atau melakukan tindakan yang dapat dinilai bertujuan mengubah atau menentang Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.

 

  1. 8.      Masalah Dalam Penilaian

Menurut Mondy & Noe(2005) masalah yang berkaitan dengan penilaian kinerja adalah:

  1. Kurangnya objektivitas

Salah satu kelemahan metode penilain kinerja tradisional adalah kurangnya objektivitas. Dalam metode rating scale, misalnya, faktor-faktor yang lazim digunakan seperti sikap, loyalitas dan kepribadian adalah faktor-faktor yang sulit diukur. Penggunaan faktor-faktor yang terkait dengan pekerjaan (job related factors) dapat meningkatkan objektivitas.

  1.    Bias “Hallo error”

Bias “Hallo error” terjadi bila penilai mempersepsikan satu faktor sebagai kriteria yang paling penting dan memberikan penilaian umum baik atau buruk berdasarkan faktor tunggal ini.

  1. Terlalu “longggar” / terlalu “ketat”

Penilai terlalu “longggar” (leniency) kecenderungan memberi nilai tinggi kepada yang tidak berhak, penilai memberi nilai lebih tinggi dari seharusnya.

Penilai terlalu “ketat” (strictness) terlalu kritis atas kinerja seorang pekerja (terlalu “ketat” dalam memberikan nilai). Penilaian yang terlalu ketat biasanya terjadi bila manajer tidak mempunyai definisi atau batasan yang akurat tentang berbagai faktor penilaian.

  1. Kecenderungan memberikan nilai tengah

Kecenderungan memberi nilai tengah (Central tendency), terjadi bila pekerja di beri nilai rata-rata secara tidak tepat atau di tengah-tengah skala penilaian, Biasanya, penilai memberi nilai tengah karena ingin menghindari kontroversi atau kritik.

  1. Bias perilaku terbaru

Bias perilaku terbaru (recent behavior bias) , perilaku atau kinerja yang paling akhir akan lebih mudah diingat daripada perilaku yang telah lama. Penilai cenderung lebih banyak menilai kinerja yang tampak menjelang atau pada saat proses penilaian dilakukan. Seharusnya penilaian kinerja mencakup periode waktu tertentu.

  1. Bias pribadi(stereotype)

Penyelia yang melakukan penilaian bisa saja memiliki bias yang berkaitan dengan karakteristik pribadi pekerja seperti suku, agama, gender atau usia. Meskipun ada peraturan atau undang-undang yang melindugi pekerja, diskriminasi tetap menjadi masalah dalam penilain kinerja.

  1. 9.      Tip-Tip Dalam Melaksanakan Penilaian Prestasi
  2. System penilaian prestasi sesuai dengan kebutuhan organisasi
  3. Factor factor yang dinilai objektif dan konkrit
  4. 3.      Penilaiannya bebas dari bias
  5. Prosedur dan administrasinya seragam
  6. Sistemnya mudah digunakan
  7. Hasil penilaian digunakan dalam pengambilan keputusan
  8. Sistemnya memungkinkan dilakukannya proses peninjauan ulang
  9. Yang menggunakan dapat menggunakannya sebagai input
  10. Dapat dilaksanakan dengan ekonomis
  11. Hasil penilaiannya didokumentasikan
  12. Penilai terlatih dan berkualitas
  13. Sistemnya mencakup monitoring dan evaluasi
  14. Manajer puncak dengan jelas memberikan dukungannya terhadap system

Ekonomi.kompasiana.com

10. Permasalahan Dalam Penilaian

1. Hallo Effect

Kesalahan akibat pengaruh aspek tertentu dalam prestasi kerja

terhadap aspek lain yang berhubungan.

2. Error Of Central Tendency

Kesalahan yang diakibatkan kecenderungan untuk melakukan

penilaian terhadap setiap orang secara rata-rata (sedang).

3. Leniency Bias

Kesalahan yang diakibatkan kecenderungan untuk melakukan

penilaian yang lebih tinggi dari kenyataan.

4. Strictness Bias

Kesalahan yang diakibatkan kecenderungan untuk melakukan

penilaian yang lebih rendah dari kenyataan.

5. Cross-Cultural Biases

Kesalahan yang diakibatkan oleh perbedaan nilai dan budaya

antara penilai dengan karyawan yang dinilai.

6. Personal Prejudice

Kesalahan yang diakibatkan pengaruh perasaan seorang penilai

dalam memandang karyawan yang dinilai, seperti perasaan suka

– tidak suka.

7. Recency Effect

Kesalahan yang diakibatkan pengaruh kuat dari kejadiankejadian

yang baru saja terjadi.

Kesimpulan : menilai pekerjaan karyawan sangatlah penting sehingga karyawan termotivasi untuk terus mengembangkan dirinya dalam pekerjaan .

Bab 11 ; Pemberian Kompensasi

  1. 1.      Pengertian dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi

Kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian. Pemberian kompensasi kepada karyawan harus mempunyai dasar yang logis dan rasional.

Sistem pemberian kompensasi oleh organisasi kepada karyawan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor ini merupakan tantangan setiap organisasi untuk menentukan kebijaksanaan kompensasi untuk karyawaan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Produktivitas

b. Kemampuan untuk membayar

c. Kesediaan untuk membayar

d. Suplai dan permintaan

e. Organisasi karyawan

f. Berbagia peraturan dan perundang-undangan

 

  1. 2.      Fungsi dan Tujuan Pemberian Kompensasi

Secara umum tujuan manajemen kompensasi adalah untuk membantu perusahaan mencapai tujuan keberhasilan srategi perusahaan dan terciptanya keadilan internal dan eksternal.

Pemberian kompensasi dalam suatu organisasi harus diatur sedemikian rupa sehinga merupakan sistem yang baik dalam organisasi. Dengan sistem yang baik ini akan dicapai tujuan-tujuan, antra lain sebagai berikut :

a. Memperolah SDM yang berkualitas.

b. Mempertahankan karyawan yang ada.

c. Menjamin keadialan.

d. Penghargaan terhadap perilaku yang diinginkan.

e. Mengendaliakn biaya.

f. Mengikuti aturan hukum.

g. Memfasilitasi pengertian

h. Meningkatkan efesiensi administrasi.

  1. 3.      Asas Kompensasi
  2. Asas adil

Besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerjaan, dan memenuhi persyaratan internal konsistensi.

Dengan asas adil maka akan tercipta suasana kerja yang baik, semangat kerja, disiplin, loyalitas, dan stabilisasi karyawan akan lebih baik.

  1. Asas layak dan wajar

Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhannya pada tingkat normative yang ideal. Tolak ukur layak adalah relative penetapan besarnya kompensasi didasarkan atas batas upah minimal pemerintah dan internal konsistensi yang berlaku.

  1. 4.      Perhitungan Besarnya Upah dan Gaji

Gambar 3. Tabel Pengalokasian Gaji untuk Jabatan Kunci

 

Faktor 2 Kritis             Jabatan-Jabatan Kunci

A     B             C             D             E

Ketrampilan               Rp   400.000        Rp   150.000        Rp   160.000        Rp    60.000          Rp   120.000

Tanggung Jawab      

Rp   220.000

 

Rp   180.000

 

Rp   120.000

 

Rp    40.000

 

Rp     95.000

 

Upaya Mental           Rp   200.000        Rp     80.000         Rp   130.000        Rp    30.000          Rp     90.000

Upaya Fisik Rp   200.000        Rp   110.000        Rp     70.000         Rp   170.000        Rp      70.000

Kondisi Kerja              Rp     70.000         Rp     60.000         Rp     60.000         Rp   150.000        Rp      60.000

Total              Rp1.090.000        Rp   580.000        Rp   540.000        Rp.   450.000       Rp    435.000

Tingkat Gaji                Rp1.090.000        Rp   580.000        Rp   540.000        Rp.   450.000       Rp    435.000

Ekonomi.kompasiana.com

  1. 5.      Keadilan dan Kelayakan dalam Pemberian Kompensasi

1. Keadilan

Dalam pemberian kompensasi apakah itu berupa upah, gaji, bonus atau bentuk-bentuk lainnya, penting sekali diperhatikan masalah keadilan terebut. Keadilan bukan berarti sama rasa sama rata tanpa pandang bulu, tetapi harus terkait adanya hubungan antara pengorbanan (input) dengan output.

Semakin tinggi pengorbanan, semakin tinggi penghasilan yang diharapkan, sehingga oleh karenanya yang harus dinilai adalah pengorbanan (input) yang diperlukan suatu jabatan. Input dalam satu jabatan ditujukan dari persyaratan-persyaratan (spesifikasi) yang harus dipenuhi oleh orang yang memangku jabatan tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi pula penghasilan (output) yang diharapkan.

Output ini ditunjukkan dari upah yang diterima para karyawan yang bersangkutan, dimana didalamnya tercantum rasa keadilan yang sangat diperhatikan oleh setiap karyawan penerima kompensasi tersebut. Bila tuntutan keadilan seperti seperti ini telah terpenuhi ini berarti perusahaan telah memiliki internal consistency dalam sistem kompensasinya.

2. Kelayakan

Di samping masalah keadilan dalam pemberian kompensasi perlu diperhatikan masalah kelayakan. Pengertian layak ini berkaitan dengan standar hidup seperti kebutuhan pokok minuman atau upah minimum sesuai dengan ketentuan pemerintah. Kelayakan juga dilihat dengan cara membandingkan pengupahan di perusahaan lain. Bila kelayakan ini sudah tercapai, maka perusahaan sudah mencapai apa yang disebut external consistency (Konsistensi Eksternal).

Apabila upaya di dalam perusahaan yang bersangkutan lebih rendah dari perusahaan-perusahaan lain, maka hal ini dapat mengakibatkan kesulitan bagi perusahaan untuk memperoleh tenaga kerja. Oleh karena itu untuk memenuhi kedua konsistensi tersebut (internal dan eksternal) perlu digunakan suatu evaluasi pekerjaan.

 

Daraainy.blogspot.com

 

  1. 6.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Kompensasi

 

Produktivitas

Pemberian kompensasi melihat besarnya produktivitas yang disumbangkan oleh tenaga kerja (karyawan) kepada pihak organisasi atau perusahaan.

 

Kemampuan untuk membayar

Secara logis ukuran pemberian kompensasi sangat bergantung kepada kemampuan organisasi atau perusahaan dalam membayar gaji atau upah tenaga kerja.

 

Kesediaan untuk membayar

Berkaitan dengan item dua diatas, maka walaupun organisasi atau perusahaan mampu untuk membayar kompensasi, maka belum tentu organisasi atau perusahaan tersebut mau membayar kompensasi dengan layak dan adil.

 

Penawaran dan permintaan tenaga kerja

Penawaran dan permintaan tenaga kerja cukup berpengaruh terhadap pemberian kompensasi. Jika permintaan tenaga kerja banyak oleh perusahaan, maka kompensasi cenderung tinggi, demikian sebaliknya jika penawaran tenaga kerja ke organisasi atau perusahaan banyak (over supply), maka pembayaran kompensasi cenderung menurun (rendah).

 

Organisasi karyawan

Organisasi tenaga kerja (karyawan) yang ada di organisasi atau perusahaan seperti pekerja akan turut mempengaruhi kebijakan besar kecilnya pemberian kompensasi.

 

Peraturan dan perundang-undangan

Adanya peraturan dan perundang-undangan yang ada akan mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam pemberian kompensasi, misalnya diberlakukannya pemberian upah minimum regional (UMR).

 

  1. 7.      Tantangan yang Dihadapi Dalam Menetapkan Kompensasi
  • Standart gaji yang berlaku umum
  • Kekuatan serikat buruh
  • Produktivitas
  • Kebijaksanaan gaji dan upah
  • Peraturan pemerintah
  • Nilai yang sebanding dengan pembayaran yang sama.
  1. 8.      Evaluasi Jabatan

Evaluasi jabatan (job evaluation) adalah sebuah analisa untuk membuat estimasi nilai (pembobotan) dari sebuah pekerjaan. Tugas-tugas dikonversikan ke nilai (poin). Yang dimaksud dengan tugas di sini bukanlah pekerjaan yang hanya ditulis di atas kertas, tapi pekerjaan yang sungguh-sungguh dilakukan oleh seseorang.

  1. 9.      Pengupahan Insentif

Dalam pemberian insentif perusahaan harus memperhatikan kondisi perusahaan dan karyawan, karena pemilihan yang tepat terhadap pemberian insentif akan menentukan keberhasilan perusahaan.

Dalam dunia industri ada beberapa sistem insentif yang biasanya digunakan dan diberikan untuk karyawan bagian produksi, yaitu : (Heidjrahman dan Husnan, 1990:162)

1. Insentif berdasarkan unit yang dihasilkan (piece rate)

a) Straight Piecework Plan (upah per potong proporsional)

Sistem ini paling banyak digunakan. Dalam hal ini pekerjaan dibayar berdasarkan seluruh produk yang dihasilkan dikalikan tarif upah per potong.

b) Taylor Piecework Plan (upah per potong taylor)

Menurut sistem ini menentukan tarif yang berbeda untuk karyawan yang bekerja di atas dan di bawah output rata – rata. Bagi karyawan yang berhasil mencapai atau melebihi output rata – rata maka akan menerima upah per potong yang lebih besar daripada yang bekerja mendapat output dibawah rata – rata.

c) Group Piecework Plan (upah per potong kelompok)

Dalam hal ini cara menghitung upah adalah dengan menentukan suatu standar untuk kelompok. Mereka yang berada di atas standar kelompok akan dibayar sebanyak unit yang dihasilkan dikalikan dengan tarif per unit. Sedangkan yang bekerja di bawah standar akan dibayar dengan jam kerja dikalikan dengan tarif kerja.

10. Kompensasi Pelengkap

  1. Time Off Beneffits.

Maksudnya karyawan akan tetap memperoleh kompensasi atau pembayaran, walaupun dalam periode tertentu mereka tidak bekerja.

 

Time Off Beneffits ini meliputi:

 

Waktu untuk makan dan minum.

Ganti pakaian.

Liburan.

Cuti.

Musibah dan lain-lainnya.

11. Keamanan dan Kesehatan Karyawan

Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun non materi.

Unsur penunjang keamanan yang bersifat materiil, yaitu: baju, helm, kacamata dan sarung tangan.

Unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial, yaitu: buku-buku petunjuk penggunaan alat, rambu-rambu dan isyarat bahaya, himbauan-himbauan dan petugas keamanan.

Syarat lingkungan kerja yang aman, yaitu:

Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab serta wewenang yang jelas.

Adanya peraturan kerja yang fleksibel.

Adanya penghargaan atas hak dan kewajiban pekerja selalu diberikan.

Adanya prosedur kerja sesuai dengan aturan SOP

Ekonomi.kompasiana.com

Kesimpulan : konpensasi ini menjadi benteng karyawan karena mereka merasa di hargai dengan adanya pemberian konpensasi . sehingga timbul motivasi lebih dalam memajukan perusahaan

Bab 12 ; Kepuasaan Kerja

  1. 1.      Apa itu Kepuasan Kerja ?

Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, seperti yang didefinisikan oleh Kreitner & Kinicki (2005), bahwa kepuasan kerja sebagai efektivitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek lainnya. Blum (As’ad, 2000) mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, karakteristik individual, serta hubungan kelompok di luar pekerjaan itu sendiri. Handoko (2001) mengatakan bahwa kepuasan kerja sebagai respon emosional menunjukkan perasaan yang menyenangkan berkaitan dengan pandangan karyawan terhadap pekerjaannya.

Su7us.wordpress.com

  1. 2.      Aspek-Aspek Kepuasan Kerja

1. Karakteristik pekerjaan.

Karakteristik pekerjaan yang dapat menentukan kepuasan kerja ialah keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan dan kreatifitas. Unsur yang juga dapat dijumpai pada karakteristik dari pekerjaan di atas, yaitu tingkat tantangan mental. Tantangan pekerjaan inilah yang menuntut kecakapan yang lebih tinggi daripada yang dimiliki tenaga kerja, atau tuntutan pribadi yang tidak dapat dipenuhi tenaga kerja akan menimbulkan frustrasi dan akhirnya ketidakpuasan kerja. Ciri-ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja ialah keragaman keterampilan, jati diri tugas (task identity), pemberian tanggung jawab untuk tugas yang penting (task significance), memberikan otonomi pekerjaan, dan apreasiasi terhadap hasil kerja.

2. Gaji.

Mempertimbangkan sejauh mana gaji yang diterima oleh karyawan dirasakan adil. Jika gaji dipersepsikan sebagai adil dengan didasarkan tuntutan yang ada pada pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan timbul kepuasan kerja.

3. Hubungan atasan-bawahan.

Hubungan atasan-bawahan mencerminkan 2 (dua) hubungan, yaitu: hubungan fungsional dan hubungan keseluruhan.

 

a. Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana atasan dapat membantu bawahan, untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting baginya.

 

b. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antarpribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang sama.

 

Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan seorang atasan ialah jika kedua jenis hubungan adalah positif.

4. Dukungan rekan kerja.

Setiap pekerjaan dalam perusahaan memiliki kaitannya pekerjaan anatara satu dan lainnya. Kepuasan kerja dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi (kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri) dapat dipenuhi ketika karyawan harus bekerja sebagai satu tim, dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.

5. Lingkungan kerja yang menunjang.

Guna mencapai kepuasan kerja, perlu bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan fisik di lingkungan kerja, seperti menyediakan ruang kerja yang terang, sejuk, dengan peralatan kerja yang aman dan nyaman untuk digunakan, meja dan kursi kerja yang dapat disesuaikan tinggi-rendahnya, miring-tegak duduknya serta kondisi kerja yang memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi.

  1. 3.      Faktor-faktor Penentu Kepuasan Kerja

a. Kedudukan (posisi)

Umumnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada karyawan yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru perubahan dalam tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan

kerja.

b. Pangkat (golongan)

Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan), sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah perilaku dan perasaannya.

c. Umur

Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur di antara 25 tahun sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.

d. Jaminan finansial dan jaminan sosial

Masalah finansial dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

e. Mutu pengawasan

Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam menaikkan produktifitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (sense of belonging)

Su7us.wordpress.com

  1. 4.      Konsekuensi Kepuasan Kerja

Kepuasan dan Motivasi

Suatu penelitian meta analisis yang dilakukan oleh A J Kinicki, dkk (2000) meliputi 9 hasil analisis yang melibatkan 2.237 orang pekerja mengungkapkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja. Karena kepuasan dengan pengawasan berkorelasi secara signifikan dengan motivasi, para manager disarnkan untuk mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan kerja. Para manager secara potensial meningkatkan motivasi para karyawan melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja

 

Kepusan dan Keterlibatan dalam Pekerjaan

 

Keterlibatan dalam pekerjaan merupakan keterlibatan individu dengan peran dalam pekerjaannya. Suatu meta analisis yang melibatkan 27.925 responden dari 87 penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa keterlibatan dalam pekerjaan memiliki keterkaitan dengan kepuasan kerja (S, P, Brown, 1996)

Kepuasan dengan OCB

 

Kepuasan kerja dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi perilaku ekstra peran (OCB). Berdasarkan meta analisis yang mencakup 6.746 orang yang terdiri dari 28 penelitian terpisah mengungkapkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku sebagai anggota organisasi yang baik dengan kepuasan (Organ dan Ryan, 1995).

 

Robbins (2007) menjelaskan bahwa adalah logis menganggap kepuasan sebagai predictor utama OCB, karena karyawan yang puas cenderung akan berbicara positif mengenai organisais, membantu individu lain, dan melewati harapan normal dalam pekerjaan mereka. Selain itu, karyawan yang puas mungkin akan memberikan peran yang lebih karena merespon pengalaman positif mereka.

 

Kepuasan kerja dengan Komitmen Organisasi

 

Komitmen organisasi mencerminkan bagaimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Sebuah meta analisis dari 68 penelitian yang melibatkan 35.282 orang individu mengungkapkan adanya hubungan yang kuat antara komitmen dan kepuasan kerja (Tett dan Meyer, 1993). Para manager disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan tujuan mendapatkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang tinggi dapat mempermudah terwujudnya produktivitas yang lebih tinggi

Su7us.wordpress.com

  1. 5.      Bagaimana Cara Mengukur Kepuasan Kerja

Rating Scale

 

Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur kepuasan kerja  dengan menggunakan Rating Scale antara lain: (1) Minnessota  Satisfaction Questionare, (2) Job Descriptive Index, dan (3) Porter Need Satisfaction Questionare.

 

Minnesota Satisfaction Questionare (MSQ) adalah suatu instrumen atau alat pengukur kepuasan kerja yang dirancang demikian rupa yang di dalamnya memuat secara rinci unsur-unsur yang terkategorikan dalam unsur kepuasan dan unsur ketidakpuasan. Skala MSQ mengukur berbagai aspek pekerjaan yang dirasakan sangat  memuaskan, memuaskan, tidak dapat memutuskan, tidak memuaskan dan sangat tidak memuaskan. Karyawan diminta memilih satu alternatif jawaban yang sesuai dengan kondisi pekerjaannya.

 

Job descriptive index. adalah suatu instrumen pengukur kepuasan kerja yang dikembangkan oleh Kendall, dan Hulin. Dengan instrumen ini dapat diketahui  secara luas bagaimana sikap karyawan terhadap komponen-komponen dari pekerjaan itu. Variabel yang diukur adalah pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, supervisi dan mitra kerja.

 

Porter Need Satisfaction Questionare adalah suatu intrumen pengukur kepuasan kerja yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja para manajer. Pertanyaan yang diajukan lebih mempokuskan diri pada permasalahan tertentu dan tantangan yang dihadapi oleh para manajer.

Critical Incidents

Critical Incidents dikembangakan oleh Frederick Herzberg. Dia menggunakan teknik ini dalam penelitiannya tentang teori motivasi dua faktor. Dalam penelitiannya tersebut dia mengajukan pertanyaan kepada para karyawan tentang faktor-faktor apa yang saja yang membuat mereka puas dan tidak puas.

Interview

Untuk mengukur kepuasan kerja dengan menggunakan wawancara yang dilakukan terhadap para karyawan secara individu. Dengan metode ini dapat diketahui secara mendalam mengenai bagaimana sikap karyawan terhadap berbagai aspek pekerjaan.

  1. 6.      Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Semangat Kerja (Morale)

 

Faktor sumber daya manusia merupakan tujuan utama dalam Pembangunan perusahaan hal ini di karena hasil kinerja karyawan Sebagai penentu kelangsungan perusahaanK inerja karyawan merupakan faktor penting dalam menjalankan sistem perusahaan karena jika karyawan tidakmelakukan pekerjaannya perusahaan tersebut akan mengalami kegagalan.

Peningkatan kinerja dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti

 

Peningkatan kepuasan kerja dan semangakerja.

Unhrk mengetahui kondisi kepuasan kerja melalui aspek ciri-ciri intrinsik

pekerjaan, gaji, penyeliaan, rekan kerja dan kondisi kerja. Semangat kerja

diketahui melalui dimensi semangat kerja yaitu: tingkat perilakua gresif,perasaan

dalam pekerjaan; kemampuan beradaptasi dan keterlibatan ego. Sedangkan kinerja

karyawan itu sendiri dapat dilihat dari: kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan

waktu,efektifitas,kebutuhan pengawasan dan interpersonal impor.Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja dan semangat kerja dengan

kinerja karyawan.

Su7us.wordpress.com

  1. 7.      Apa itu Semangat Kerja ?

semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.

  1. 8.      Tingkat Stress
  2. 9.      Program, Fungsi dan Tipe Konseling

1)       Crisis Intervention Counseling

 

Intervensi konseling krisis sebagai metode yang digunakan untuk menolong dalam situasi segera, bantuan jangka pendek kepada individu yang mengalami masalah emosional, mental, fisik dan perilaku distress atau masalah dari pengalaman atau kejadian seperti:

(a)        Bencana alam

(b)        Pelecehan atau pemerkosaan seksual, perampokan:

(c)         Sakit secara medik

(d)        Gangguan/sakit mental

(e)        Percobaan atau bunuh diri

(f)          Kehilangan, cerai atau perubahan drastis dalam hubungan

 

2)       Marriage and Family Counseling

Konseling pernikahan menciptakan dan memediasi satu lingkungan yang aman/nyaman untuk dua pribadi dalam pernikahan untuk mendiskusikan apa masalah yang dimiliki masing-masing terhadap pasangan, memecahkan perbedaan dan bekerja sama untuk saling meningkatkan pemahaman.

 

3)       Relationship Counseling

Relationship counseling menolong dua pribadi atau lebih dalam satu keluarga, pasangan, pekerja atau majikan di dunia kerja, atau antara profesional dengan klien dalam hubungan satu upaya untuk mengenal dan mengelola lebih baik atau rekonsiliasi perbedaan atau kesulitan dan mengulang pola dari distress.

 

4)       Guidance and Career Counseling

BK Karier membantu dan mengentaskan bagi individu yang mencari pekerjaan, memutuskan di bidang akademik dan karier.

Konselor menolong mengevaluasi kemampuan, sikap, minat dan kepribadian siswa untuk mengembangkan akademik, pekerjaan dan tujuan karier secara realistik.

 

5)       Rehabilitation Counseling

Konseling rehabilitasi menolong individu dengan fisik, mental 9perkembangan yang terlambat dan gangguan otak) dan gangguan psikiatri untuk mencapai hidup yang produktif dan mandiri.

 

6)       Mental Health Counseling

Konseling kesehatan mental member perlakuan psikopatologi dan mempromosikan kesehatan mental yang optimal dan hidup sehat. Termasuk diagnosis dan treatment; teknik psiko-edukasional, dengan tujuan pencegahan; konsultasi; dan penelitian klinis.

7)       Sexual Trauma Counseling

Konseling trauma seksual ini menyediakan layanan kepada anak dan orang dewasa yang mengalami kekerasan dan pelecehan seksual dan juga keluarga melalui pendidikan masyarakat, advokasi dan pemulihan.

 

8)       AIDS Counseling

Konseling AIDS adalah satu bang spesialisasi dari konseling yang menghadapi pencegahan dari peyakit dan pengobatan dari konseli yang di diagnosis dengan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) atau (Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

 

9)       Philosophical Counseling

Konseling Filosofi adalah konsleing menggunakan pengetahuan filososfis, analisis konseptual, dan keterampilan logik untuk menemukan makna baru sebagai cara dan ekspresi pemikiran.

 

10)   Grief and Bereavement Counseling

Konseling kehilangan dan kematian adalah bentuk terapi khusus dengan tujuan menolong individu dengan peristiwa kematian dan hadir di situasi kehilangan individu dalam kesehatan mental.

 

11)   Substance Abuse Counseling

Konseling penyalahgunaan zat adiktif menolong individu yang adiksi obat dan alkohol. Juga menolong anggoat keluarga dan teman-teman dari adiksi yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka.

 

12)   Transgender Counseling

Konseling transgender menolong individu transgender menerima keunikannya, ketimbang menolak, memberontak atau malu atau bingung tentang dirinya, dan sosial menerima apa adanya. Lebih mudah pribadi transgender mengisolasi diri, kadang mengundurkan diri atau merasa ditolak.

 

Su7us.wordpress.com

10. Pembinaan Disiplin

 

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sesuatu tujuan selain sangat ditentukan oleh dan mutu profesionalitas juga ditentukan oleh disiplin para anggotanya. Bagi aparatur pemerin-tahan disiplin tersebut mencakup unsur-unsur ketaatan, kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban, dalam arti mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk kepentingan negara dan masyarakat.

 

Dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 dinyatakan bahwa “Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, maka untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil”.

 

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur mengenai kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang “Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil”. Dalam Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil diatur ketentuan-ketentuan mengenai:

 

1.Kewajiban,

2.Larangan,

3.Hukuman disiplin,

4.Pejabat yang berwenang menghukum,

5.Penjatuhan hukuman disiplin,

6.Keberatan atas hukuman disiplin,

7.Berlakunya keputusan hukuman disiplin.

Su7us.wordpress.com

Kesimpulan : tentunya sudah seharusnya dan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap karyawan di manapun di bekerja . mereka harus mematuhi aturan-aturan yang berlaku dan bersikap disiplin dalam bekerja sehingga kerjasama dan kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik

Bab 13 ; Hubungan Serikat Karyawan -Manajemen

  1. 1.      Landasan Pertimbangan Pembentukan Serikat Karyawan

Pada saat pembentukannya, suatu serikat pekerja/serikat buruh (SP) harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Hal ini berdasarkan Pasal 11 Serikat Kerja/Serikat Buruh, yang berbunyi:

 

(1) Setiap serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

(2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya harus memuat:

  1. nama dan lambang;
  2. dasar negara, asas, dan tujuan;
  3. tanggal pendirian;
  4. tempat kedudukan;
  5. keanggotaan dan kepengurusan;
  6. sumber dan pertanggungjawaban keuangan; dan
  7.   ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga.

 

Setelah proses pembentukannya selesai, maka tahapan yang harus dilakukan berikutnya adalah memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan (Dinas Tenaga Kerja dari pemerintah Kabupaten atau walikotamadya di mana perusahaan berdomisili) untuk dilakukan pencatatan atas pembentukan SP tersebut. Hal ini diatur di dalam Pasal 18 UU Serikat Pekerja/Serikat Buruh, yang berbunyi:

 

(1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat.

(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan dilampiri:

  1. daftar nama anggota pembentuk;
  2. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
  3. susunan dan nama pengurus.

http://www.mdp.ac.id

2. Langkah-langkah Pihak Manajemen

3.Perundingan Kolektif

 

Perundingan kolektif adalah suatu proses dimana perwakilan manajemen dan serikat pekerja yang bertemu untuk merundingkan satu kesepakatan tenaga kerja. Perundingan kolektif ini akan memuat persetujuan tentang ketentuan khusus menyangkut upah, jam, dan kondisi kerja.

4.Kesepakatan Kerja Bersama

adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.

 

Peraturan-peraturan yang mendasari diperlukannya KKB/PKB antara lain adalah:

  • UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
  • UU No. 1 Tahun 1954 tentang Perjajian Perburuhan Antara Serikat Buruh dan Majikan
  • UU No. 18 Tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 98 mengenai Berlakunya Dasar-dasar daripada Hak Untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama
  • PP No.49 Tahun 1954 tentang Cara Membuat dan Mengatur Perjanjian Perburuhan
    • Kepmenaker No.Per-01/MEN/1985 tentang Pelaksanaan Tata Cara Pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama

5.Hubungan Pekerja – Manajemen

Hubungan yang kurang harmonis

Tujuan para pekerja, serikat pekerja, manajemen, dan pemerintah seringkali tidak berjalan seiring. Sehingga, sering muncul hubungan yang kurang harmonis, dimana pekerja dan manajemen berusaha untuk memperoleh potongan yang lebih besar dari pendapatan yang ada. Secara historis, SP mengambil sikap yang kurang harmonis dalam interaksinya dengan manajemen. Fokus tuntutannya adalah pada upah, jam kerja, dan kondisi kerja sebagai usaha untuk memperoleh “lebih banyak dan lebih baik” dari yang selama ini diterima dari perusahaan.

Hubungan Kooperatif

Dalam satu hubungan yang kooperatif, peran serikat pekerja adalah sebagai mitra, bukan pengkritik, dan SP mempunyai tanggung jawab yang sama dengan manajemen untuk mencapai solusi yang kooperatif yang menghasilkan sesuatu seperti yang ditunjukkan dalam “kemitraan dalam perundingan kolektif”. Oleh karenanya, hubungan yang kooperatif membutuhkan suatu hubungan dimana serikat pekerja dan manajemen bersama-sama memecahkan masalah, saling berbagi informasi, dan mencari pemecahan yang integrative

6.Tindakan Disiplin dan Pengaduan

Disiplin karyawan dan prosedur menangani keluhan karyawan digunakan oleh organisasi untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelang-garan peraturan kerja organisasional atau masalah kerja yang buruk.  Apabila seorang karyawan mempunyai keluhan terhadap organisasi atau manajemen, sewajarnya karyawan tersebut menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalahnya.

     Agar dapat berkompetisisecara efektif, organisasi harus mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa mereka yang berkinerja bagus dimotivasi untuk tetap bertahan bekerja bersama organisasi, sedangkan mereka yang memiliki kinerja  rendah didorong untuk meningkatkan kinerjanya atau kalau perlu dipaksa untuk meninggalkan organisasi.  Bagaimanapun juga , mempertahankan orang-orang yang berkinerja tinggi tidaklah selalu mudah.  Untuk melaksanakan hal tersebut, organisasi dapat menggunakan program-program seperti, pengembangan karyawan, pengelolaan kinerja dan pengembangan karir.

www.mdp.ac.id

kesimpulan : serikat karyawan merupakan gabungan pemersatu karyawan sehingga karyawan memiliki rasa persaudaraan yang kuat karena kesamaan di bidang profesi .

Bab 14 ; Pemutusan Hubungan Kerja

  1. 1.    Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja

PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha.

Apabila kita mendengar istilah PHK, yang biasa terlintas adalah pemecatan sepihak oleh pihak pengusaha karena kesalahan pekerja. Karenanya, selama ini singkatan ini memiliki konotasi negatif. Padahal, kalau kita tilik definisi di atas yang diambil dari UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, dijelaskan PHK dapat terjadi karena bermacam sebab. Intinya tidak persis sama dengan pengertian dipecat.

http://www.gajimu.com

  1. 2.    Arti dan Sebab-sebab PHK

Arti dan Sebab-sebab PHK

Terdapat bermacam-masam alasan PHK, dari mulai pekerja mengundurkan diri, tidak lulus masa percobaan hingga perusahaan pailit. Selain itu:

  • • ¬ Pekerja melakukan kesalahan berat
  • • ¬ Pekerja melanggar perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perusahaan
  • • ¬ Pekerja mengajukan PHK karena pelanggaran pengusaha
  • • ¬ Pekerja menerima PHK meski bukan karena kesalahannya
  • • ¬ Pernikahan antar pekerja (jika diatur oleh perusahaan)
  • • PHK Massal – karena perusahaan rugi, force majeure, atau melakukan efisiensi.
  • • ¬ Peleburan, penggabungan, perubahan status
  • • ¬ Perusahaan pailit
  • • ¬ Pekerja meninggal dunia
  • • ¬ Pekerja mangkir 5 hari atau lebih dan telah dipanggil 2 kali secara patut
  • • ¬ Pekerja sakit berkepanjangan
  • • Pekerja memasuki usia pensiun
  1. 3.    Jenis-jenis Pemutusan Hubungan Kerja

 

Berikut adalah jenis-jenis PHK menurut UU No. 13/2003 yang dapat kita pelajari:

1. PHK yang dilakukan oleh pihak pengusaha.

Pihak pengusaha dapat saja melakukan PHK dalam beberbagai kondisi seperti di bawah ini:

a. Apabila karyawan melakukan pelanggaran baik itu pelanggaran terhadap peraturan perusahaan ataupun pelanggaran terhadap perjanjian kerja. Untuk hal ini, biasanya PHK diberikan setelah pihak perusahaan dalam hal ini pihak HR memberikan surat peringatan sebanayak 3 kali berturut-turut (Pasal 161 ayat 3).

b. Apabila terdapat perubahan status perusahaan, adanya penggabungan atau peleburan (pasal 163 ayat 2).

c. Apabila perusahaan dilikuidasi dan bukan disebabkan akrena merugi (pasal 164 ayat 2).

d. Apabila karyawan mangkir kerja (pasal 168)

e. Apabila pengusaha (dalam hal ini perorangan) meninggal dunia (pasal 61 ayat 4).

 

2. PHK oleh (inisiatif) pekerja

Dalam hal ini pekerja dapat berinisiatif untuk memutuskan hubungan kerja berdasarkan:

a. Pengunduran diri (pasal 162)

f. Tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja karena adanya perubahan status perusahaan, adanya penggabungan atau peleburan maupun perubahan kepemilikan perusahaan (pasal 163 ayat 1).

b. Permohonan yang diajukan oleh karyawan kepada lembaga PPHI (Penyelesaian Permasalahan Hubungan Industrial) oleh karena pengusaha melakukan kesalahan dan kemudian terbukti benar bahwa ia bersalah. (pasal 169 ayat 2)

c. Permohonan pekerja dikarenakan sakit berkepanjangan atau cacat total akibat kecelakaan kerja (pasal 172).

 

3. PHK (yang terjadi) demi hokum

Dalam hal ini, pemutusan hubungan kerja yang terjadi lebih kepada berakhirnya masa kontrak sesuai dengan kesepakatan yang ada.

 

4. PHK oleh pengadilan

Dalam hal ini pemutusan hubungan kerja terjadi oleh karena karyawan melakukan kesalahan yang berat (pasal 158).

Dengan demikian PHK bukan saja suatu Pemutusan Hubungan Kerja sepihak oleh pengusaha dengan cara paksaan namun juga dapat melibatkan beberapa pihak.

http://www.mdp.ac.id

  1. 4.    Prosedur Pemberhentian Hubungan Kerja

Pasal 16 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : Kep-78 /Men/2001 tentang perubahan atas beberapa pasal Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-150/Men/2000 tentang penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan ganti kerugian di perusahaan menetapkan beberapa prosedur tentang pemutusan hubungan kerja dalam suatu perusahaan.

Adapun prosedur untuk Pemutusan hubungan kerja adalah sebagai berikut :

1. Sebelum ijin pemutusan hubungan kerja diberikan oleh Panitia Daerah atau Panitia Pusat, pengusaha dapat melakukan skorsing kepada pekerja/buruh dengan ketentuan skorsing telah diatur dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

2. Dalam hal pengusaha melakukan skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pengusaha wajib membayar upah selama skorsing paling sedikit sebesar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah yang diterima pekerja/buruh.

3. Skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan secara tertulis dan disampaikan kepada pekerja/buruh yang bersangkutan dengan alasan yang jelas, dan kepada pekerja/buruh yang bersangkutan harus diberikan kesempatan membela diri.

4. Pemberian upah selama skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling lama 6 (enam) bulan.

5. Setelah masa skorsing sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berakhir, maka pengusaha tidak berkewajiban membayar upah, kecuali ditetapkan lain oleh Panitia Daerah atau Panitia Pusat.

  1. 5.    Mengapa PHK Dilakukan

Sebuah perusahaan yang baik biasanya memberikan surat peringatan tertulis dulu kepada karyawan dulu jika dia membuat kesalahan. Kecuali memang kesalahan karyawan itu tidak bisa diampuni seperti tindakan kriminal sehingga memaksa perusahaan melakukan PHK. Walau itu tidak kita inginkan tapi itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari.

Seperti yang dijelaskan diatas, pemahaman karyawan mengetahui peraturan phk yang berlaku adalah mutlak di perlukan. Ini dapat membantu anda supaya perusahaan tidak sewenang-wenang kepada anda dalam mengeluarkan surat phk maupun pemberian pesangon .Dengan mengerti peraturan yang ada tentu ini sangat membantu sekali bukan?

Contohnya adalah : Perusahaan melakukan PHK karena menduga karywan melakukan kesalahan dan bahkan sama sekali tidak memberikan pesangon pasca PHK. Hal ini tentu tidak boleh, perusahaan harus mengedepankan asas praduga tak bersalah. Jadi perusahaan harus benar-benar memiliki bukti sebelum memberikan surat PHK

  1. 6.    Hak-hak Karyawan setelah Pemberhentian

Sebagai pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja, mereka tetap berhak mendapatkan hak-hak mereka , yang terdiri dari :

a.Uang Pesangon

Yang besarnya paling sedikit adalah sebagai berikut :

1. Masa kerja kurang dari 1 tahun , 1 bulan upah ;

2. Masa kerja 1 tahun atau l ebih tetapi kurang dari 2 tahun , 2 bulan upah ;

3. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun , 3 bulan upah ;

4. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun , 4 bulan upah ;

5. Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun , 5 bulan upah ;

6. Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun , 6 bulan upah ;

7. Masa kerja 6 tahun atau lebih , 7 bulan upah.

b. Uang Penghargaan Masa Kerja

Yang besarnya adalah sebagai berikut :

1. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun , 2 bulan upah ;

2. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun , 3 bulan upah ;

3. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun, 4 bulan upah ;

4. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun , 5 bulan upah ;

5. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun, 6 bulan upah ;

6. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun , 7 bulan upah ;

7. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun, 8 bulan upah ;

8. Masa kerja 24 tahun atau lebih 10 bulan upah.

c. Uang Ganti Kerugian

Ganti kerugian ini meliputi hal-hl sebagai berikut :

1. ganti kerugian untuk istirahat tahunan yang belum diambil dan belum gugur ;

2. ganti kerugian untuk istirahat panjang bilamana di perusahaan yang bersangkutan berlaku peraturan istirahat panjang dan pekerja belum mengambil istirahat itu menurut perbandingan antara masa kerja pekerja dengan masa kerja yang ditentukan untuk dapat mengambil istirahat panjang ;

3. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya ketempat dimana pekerja diterima kerja ;

4. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan sebesar 15% dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja, apabila masa kerjanya memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja ;

5. Hal-hal lain yang ditetapkan oleh Panitia Daerah atau Panitia Pusat.

  1. 7.    Konsekuensi Pemutusan Hubungan Kerja

Konsekuensi diberhentikannya karyawan atas keinginan perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Karyawan dengan status masa percobaan diberhentikan tanpa memberi uang pesangon.

2. Karyawan dengan status kontrak diberhentikan tanpa memberi uang pesangon.

3. Karyawan dengan status tetap, jika diberhentikan harus diberi uang pesangon yang besarnya:

1. Masa kerja sampai satu tahun: 1 bulan upah bruto

2. Masa kerja 1 sampai 2 tahun: 2 bulan upah bruto

3. Masa kerja 2 sampai 3 tahun: 3 bulan upah bruto

4. Masa kerja 3 tahun dan seterusnya: 4 bulan upah bruto.

Sedangkan besarnya uang jasa sebagai berikut:

1. Masa kerja 5 s.d 10 tahun: 1 bulan upah bruto.

2. Masa kerja 10 s.d 15 tahun: 2 bulan upah bruto

3. Masa kerja 15 s.d 20 tahun: 3 bulan upah bruto

4. Masa kerja 20 s.d 25 tahun: 4 bulan upah bruto

5. Masa kerja 25 tahun keatas: 5 bulan upah bruto.

Biaya yang dapat dikategorikan sebagai kerugian dari PHK, menurut Balkin, Meija, dan Cardy (1995:231) terdiri atas hal-hal berikut:

1. Biaya recruitment, meliputi:

1. i. Mengiklankan lowongan pekerjaan

2. ii. Menggunakan karyawan recruitment yang profesional untuk mencari di berbagai lokasi (termasuk di kampus-kampus) sehingga banyak yang melamar untuk bekerja

3. iii. Untuk mengisi jabatan yang eksekutif yang tinggi secara teknologi diperlukan perusahaan pencari yang umumnya mengenakan biaya jasa yang cukup tinggi yaitu sekitar 30% dari gaji tahunan karyawan

4. Biaya seleksi, meliputi :

1. i. biaya interview dengan pelamar pekerjaan

2. ii. biaya testing / psikotes

3. iii. biaya untuk memeriksa ulang referensi

4. iv. biaya penempatan

5. Biaya pelatihan, meliputi :

1. i. Orientasi terhadap nilai dan budaya perusahaan

2. ii. Biaya training secara langsung, seperti instruksi, diktat, material untuk kursus training

3. iii. Waktu untuk memberikan training

4. iv. Kehilangan produktivitas pada saat training

5. Biaya pemutusan hubungan kerja, meliputi :

1. i. Pembayaran untuk PHK/pesangon untuk karyawan yang diberhentikan sementara tanpa kesalahan dari pihak karyawan itu sendiri

2. ii. Karyawan tetap menerima tunjangan kesehatan sampai mendapatkan pekerjaan baru (tergantung kebijaksanaan perusahaan)

3. iii. Biaya asuransi bagi karyawan yang di PHK, namun belum bekerja lagi (tergantung dari kebijakan perusahaan)

4. iv. Wawancara pemberhentian, merupakan wawancara terakhir yang harus dilalui karyawan dalam proses PHK, tujuannya untuk mencari alasan mengapa tenaga kerja meninggalkan perusahaan (jika PHK dilakukan secara sukarela) atau menyediakan bimbingan atau bantuan untuk menemukan pekerjaan baru.

5. v. Bantuan penempatan merupakan program di mana perusahaan membantu karyawan mendapatkan pekerjaan baru lebih cepat dengan memberikan training (keahlian) pekerjaan

6. vi. Posisi yang kosong akan mengurangi keluaran atau kualitas jasa klien perusahaan atau pelanggan

  1. 8.    Larangan Terhadap PHK

Masih dalam kaitan dengan pencegahan PHK, diatur pula larangan bagi pengusaha melakukan PHK untuk alasan-alasan tertentu. Bila pengusaha melakukan PHK, maka PHK tersebut batal demi hukum. Alasan-alasan PHK yang dilarang dan batal demi hukum tersebut sesuai dengan Pasal 153 UUKK adalah :

1. Pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 bulan secara terus menerus.

2. Pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.

4. Pekerja menikah.

5. Pekerja perempuan hamil.

6. Pekerja mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya di dalam satu perusahaan kecuali telah diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.

7. Pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus Serikat Pekerja, pekerja melakukan kegiatan Serikat Pekerja di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.

8. Pekerja yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan.

9. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan.

10. Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan.

  1. 9.    Macam dan Persyaratan Pensiun

Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil berhak menerima pensiun pegawai, jikalau ia pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai:

1. Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 Tahun dan mempunyai masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20 Tahun.

2. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 4 Tahun dan oleh badan / pejabat yang ditunjuk oleh departemen kesehatan berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga karena keadaan jasmani atau rohani yang tidak disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatannya.

3. Pegawai negeri yang setelah menjalankan suatu tugas Negara tidak dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima pensiun pegawai apabila ia diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri dan pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai negeri ia telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 TH dan memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang – kurangnya 10 Tahun.

Persyaratan Pengurusan Pensiun

1. DPCP

2. Foto kopi SK CPNS dilegalisir

3. Foto kopi SK pangkat terakhir dilegalisir

4. Foto kopi SK jabatan terakhir

5. Pas Foto 4 x 6 (5 lembar)

6. Foto kopi surat nikah dilegalisir

7. Foto kopi akte kelahiran anak di legalisir

8. Foto kopi KARPEG

9. DP3 tahun terakhir rata-rata bernilai baik

10. Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang dan berat

  1. 10.             Macam Kompensasi Bagi Pensiunan

Kompensasi adalah seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil kerja karyawan tersebut pada organisasi. Kompensasi bisa berupa fisik maupun non fisik dan harus dihitung dan diberikan kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada organisasi / perusahaan tempat ia bekerja.

Perusahaan dalam memberikan kompensasi kepada para pekerja terlebih dahulu melakukan penghitungan kinerja dengan membuat sistem penilaian kinerja yang adil. Sistem tersebut umumnya berisi kriteria penilaian setiap pegawai yang ada misalnya mulai dari jumlah pekerjaan yang bisa diselesaikan, kecepatan kerja, komunikasi dengan pekerja lain, perilaku, pengetahuan atas pekerjaan, dan lain sebainya.

Para karyawan mungkin akan menghitung-hitung kinerja dan pengorbanan dirinya dengan kompensasi yang diterima. Apabila karyawan merasa tidak puas dengan kompensasi yang didapat, maka dia dapat mencoba mencari pekerjaan lain yang memberi kompensasi lebih baik. Hal itu cukup berbahaya bagi perusahaan apabila pesaing merekrut / membajak karyawan yang merasa tidak puas tersebut karena dapat membocorkan rahasia perusahaan / organisasi.

Kompensasi yang baik akan memberi beberapa efek positif pada organisasi / perusahaan sebagai berikut di bawah ini :

a. Mendapatkan karyawan berkualitas baik

b. Memacu pekerja untuk bekerja lebih giat dan meraih prestasi gemilang

c. Memikat pelamar kerja berkualitas dari lowongan kerja yang ada

d. Mudah dalam pelaksanaan dalam administrasi maupun aspek hukumnya

e. Memiliki keunggulan lebih dari pesaing / kompetitor

Macam-Macam / Jenis-Jenis Kompensasi Yang Diberikan Pada Karyawan :

1. Imbalan Ektrinsik

a. Imbalan ektrinsik yang berbentuk uang antara lain misalnya :

– gaji

– upah

– honor

– bonus

– komisi

– insentif

– upah, dll

b. Imbalan ektrinsik yang bentuknya sebagai benefit / tunjangan pelengkap contohnya seperti :

– uang cuti

– uang makan

– uang transportasi / antar jemput

– asuransi

– jamsostek / jaminan sosial tenaga kerja

– uang pensiun

– rekreasi

– beasiswa melanjutkan kuliah, dsb

2. Imbalan Intrinsik

Imbalan dalam bentuk intrinsik yang tidak berbentuk fisik dan hanya dapat dirasakan berupa kelangsungan pekerjaan, jenjang karir yang jelas, kondisi lingkungan kerja, pekerjaan yang menarik, dan lain-lain.

www.gajimu.com

kesimpulan : PHK atau pemutusan Hubungan Kerja merupakan pemberhentian karyawan dengan perusahaan arti ini sangat berbeda dengan kata “dipecat” PHK sendiri memiliki alasan dan perusahaan bertanggung jawab menanggung kelangsungan hidup si karyawan tersebut sesuai uu phk

NOUNS CLAUSE

Posted: June 27, 2013 in Uncategorized

 

Nouns clause adalah klausa yang berfungsi sebagai nomina. Atau dengan kata lain noun clause juga digunakan atau memiliki fungsi yang sama sebagai noun (kata benda). Karena fungsinya sebagai nomina, maka noun clause dapat berfungsi sebagai: subject kalimat (subject of a sentence), object verba transitif (object of a transitive verb), object preposisi (object of a preposition), pelengkap (complement), dan pemberi keterangan tambahan (noun in apposition).
(Clause adalah gabungan dari beberapa kata yang memiliki subjek dan predikat.  Jadi noun clause adalah clause yang kedudukannya sebagai kata benda atau berfungi sebagai nomina)
Noun Clause adalah anak kalimat yang berfungsi sebagai kata benda
Rumus :
Conjunction + S + Predicate + ……. (Obyek)
Cara membuat Noun Clause adalah dengan merobah kalimat pertanyaan menjadi kalimat PERNYATAAN.
Question Word Questions dari kalimat pertanyaan, dijadikan conjunction.
Pada Yes – no Question menggunakan whether atau if.

Where do they com from ? –> WHERE THEY COME FROM
What time is it ? –> WHAT TIME IT IS
Why haven’t they arrived yet ? –> WHY THEY HAVEN’T ARRIVED YET?
Will they come ? –> WHETHER (IF) THEY WILL COME
Did they study in a group? –> WHETHER (IF) THEY STUDIED IN A GROUP

Kalau adik sudah dapat pelajaran Indirect Speech, r
umusnya sama dengan Noun Clause.

Question (Pertanyaan)
A.      Yes/No Question
Conjuction yang dipakai adalah “whether (or not/or if)       
 Fungsi klausa ini adalah sebagai :
a.      Subjek kalimat
Can she drive the car? (Question)
Whether she can drive car doesn’t concern me (Noun clause) “or not” : whether or not she can drive the car doesn’t concern me (Noun clause) “or if” : whether or if she can drive the car doesn’t concern me (Noun clause)
b.      Objek pelengkap
My conclusion is whether she can drive the car
c.      Objek kata kerja
I really wonder whether she can drive the car (Or Not)
d.    Objek kata depan
 We discussed about whether she can drive the car

B.      Wh-Question
Conjuction yang dipakai adalah “kata taya itu sendiri”

 Fungsi klausa ini adalah sebagai :
a.    Subjek kalimat
What is he doing ?(Question) doing doesn’t concern me. (Noun clause)
b.     Objek lengkap
My question is what she is doing
c.    Objek kata kerja
I really wonder what she is doing
d.    Objek kata depan
 We discussed about what she is doing
Noun clauses diawali dengan that/the fact that
Di sini that berarti bahwa, sedangkan the fact that berarti fakta bahwa. Sedangkan, that dalam adjective clauses berarti yang.
Contoh:
That she has had a PhD degree at the age of 20 surprises a lot of people = It surprises a lot of people that she has had a PhD degree at the age of 20.
It is the fact that the world is round = the fact that the world is round is well known.
It was obvious that she was very sick = The fact that she was very sick was obvious.
It seems that it is going to rain soon.
 
Sekarang coba anda latihan buat kalimat dengan menggunakan:
It is + (true, too bad, unfortunate, strange, impossible, unlikely, a well known fact, my belief, etc) + (that/the fact that) + S +V.
It + stative + (that/the fact that) + S +V. Kata-kata yang termasukstative verbs dapat dilihat pada topik simple present tense
Question words + infinitives.
Jika question words langsung diikuti oleh infinitives, invinitives tersebut mengandung makna should atau can/could. Perhatikan bahwa subject setelah question words dihilangkan.
Contoh:
She didn’t know what to do = She didn’t know what she should do. (Dia tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan).
Please tell me how to get the train station from here = Please tell me how I can get the train station from here.
We haven’t decided when to go to the beach = We haven’t decided when we should go to the beach.
Marry told us where to find her = Marry told us where we could find her.
Sumber :

DIRECT AND INDIRECT SPEECH

Posted: June 27, 2013 in Uncategorized

 

Direct Speech (Kalimat Langsung) ialah kata-kata kalimat yang diucapkan langsung oleh si pembicara.
Indirect Speech (Kalimat Tak Langsung) ialah kalimat yang diucapkan untuk melaporkan kata-katansi pembicara kepada orang lain. Jadi, Indirect Speech (Reported Speech) digunakan bila kita ingin melaporkan kata-kata seseorang kepada orang lain secara tak langsung.
Direct & Indirect Speech terdiri dari 3 jenis yaitu :
I.         Statement (pernyataan)
II.      Command (perintah)
III.   Question (pertanyaan)
Perubahan-perubahan yang perlu dari Direct ke Indirect Speech :
 To be & Auxiliary Verbs
Direct                                       Indirect
Am/is/are                    –             was/were
Shall/will                     –             should/would
Can                             –             could
May                            –             might
Must
Have/has to                 –             had to
Ought to
 Time & Place (keterangan waktu & tempat)
Direct                                       Indirect
now                                 –           then
tomorrow                         –           the following day
next week                        –           the following week
tonight                             –           that night
today                               –           that day
yesterday                         –           the day before
last night                          –           the night before
last week                         –           the week before,
                                                    the precious week
here                                  –           there
this                                   –           that
these                                –           those
I.         STATEMENT
Dalam Indirect Statement kita menggunakan kata that (bahwa) sebagai penghubung antara kalimat pengantar (introduce phrase) dan kata-kata yang dilaporkan (reported words). Kalimat-kalimat pengantar dalam indirect statement ialah :
He said
He said to me                    that + reported words
He told me
 – Mary told her friends “I have been to Bali twice.”
– Mary told her friends that she had been to Bali twice.
–   Father said “I am going out of town tomorrow”
–   Father said that he was going out of town the following day.
Apabila kalimat pengantarnya dalam bentuk Simple Present Tense, maka kalimat yang dilaporkan tidak mengalami perubahan.
–   Mary says “I have seen that film”
–   Mary says that she has seen that film.
–   My brother says “I met Tom at the party last night”
–   My brother says that he met Tom at the party last night.
 II.      COMMAND
Command dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu :
1.      Positive Command
Dalam perintah positif kita tambahkan to di depan kalimat perintahnya, sebagai penghubung antara kalimat pengantar dan perintah yang dilaporkan. Kalimat-kalimat pengantar dalam jenis ini ialah : to + infinitive
He asked me
He told me
 – He asked me “Open your book”
– He asked me to open my book.
–  Mary told me “Stop talking to Jane”
–  Mary told me to stop talking to Jane.
–  The teacher said to the students “Be quiet while I am talking”
–  The teacher told the students to be quiet while she is talking.
2.      Negative Command
Dalam  perintah negatif kita tambahkan not  to di depan perintah yang dilaporkan.
 – Mary told John “Don’t wait for me”
– Mary told John not to wait for her.
–  Ira asked Tom “Don’t come to my house again”
–  Ira asked tom not to come to her house again.
 III.   QUESTION
Bila pertanyaan langsung (direct question) menggunakan kata-kata tanya seperti ; Where, When, Why, What, Who, How, dll, maka kata-kata tersebut digunakan sebagai penghubung dalam reported Speech. Pertanyaan yang dilaporkan berubaha menjadi bentuk positif. Kalimat pengantarnya ialah :
 Positive Form
 He asked me       where
                 When etc.
 – The man asked me : “Where do you live ?”
– The man asked me where I lived.
–  I asked him : “When did you get back from your trip ?”
–  I asked him when he had got back from his trip.
Bila pertanyaan langsung tidak menggunakan kata-kata tanya, dan hanya merupakan pertanyaan dalam bentuk “Yes & No Question”, maka kita menggunakan kata-kata if, whether (jika, apakah) sebagai penghubung antara kalimat pengantar dan pertanyaan yang dilaporkan.
 – The boy asked John : “Does Mary live near  here?”
– The boy asked John if Mary lived near there.
–  Mary asked me : “Did you she John at the party the night before.
–  Mary asked me whether I had seen John at the party the night before.
–  We asked them : “Will you go to the movie with us tonight ?”
–  We asked them whether they would go to the movie with us that night.
Note :    Baik if maupun whether dapat digunakan bergantian

active-passive

Posted: June 27, 2013 in Uncategorized

 

ACTIVE – PASSIVE VOICE
Kata kerja transitif mempunyai dua voice (ragam gramatikal), aktif dan pasif.
Active Voice (Kalimat Aktif) adalah kalimat yang subject-nya berbuat sesuatau atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam bahasa indonesia ciri-ciri kalimat aktif adalah kata kerjanya selalu berawalan “me-“ dan beberapa lagi memiliki awalan “ber-“.
PASSIVE:       Tina is helped by Jane. (Artinya: Tina ditolong oleh Jane)
Passive Voice (Kalimat Pasif) adalah kalimat yang subject-nya dikenai suatu pekerjaan atau menderita suatu. Dengan kata lain subject kalimat tersebut menjadi sasaran kegiatan yang dinyatakan oleh kata kerja. Dalam bahasa indonesia ciri-ciri kalimat pasif adalah kata kerjanya yang berawalan dengan “di-“ dan beberapa lagi memiliki awalan “ter-“ (tergantung pada konteks kalimat).
ACTIVE:         Jane helps Tina. (Artinya: Jane menolong Tina)
Bentuk dari Passive Voice (kalimat pasif) adalah : TO BE / BE + VERB 3
Dalam bentuk kalimat pasif, biasanya diikuti dengan frase “by”.
Object Tak Langsung Sebagai Subject Pasif
Contoh:
ACTIVE:         Someone gave Mrs. Grim an award.
PASSIVE:       Mrs. Grim was given an award by someone.
ACTIVE:         Someone gave an award to Mrs. Grim.
PASSIVE:       An award was given to Mrs. Grim.
Simple Present
Jika active voice dalam simple present tense, maka ‘be’ passive voice-nya adalah is, am atau are.
ACTIVE / PASSIVE
Examples:
Active : She waters this plant every two days.
Passive : This plant is watered by her every two days.
Simple Past
 Jika active voice dalam simple past tense, maka ‘be’ passive voice-nya adalah was atau were
ACTIVE/PASSIVE
Example:
Active : She watered this plant this morning
Passive : This plant was watered by her this morning
Present Continuous
Jika active voice dalam future perfect continuous tense, maka ‘be’ passive voice-nya adalah will have been + being.
 Jika active voice dalam past future perfect continuous tense, maka ‘be’ passive voice-nya adalah would have been + being.
ACTIVE / PASSIVE
Examples:
Active : She will have been watering this plant.
Passive : This plant will have been being watered by her.
Active : She would be watering this plant.
Passive : This plant would be being watered by her.
Past Continuous
Jika active voice dalam past continuous tense, maka ‘be’ passive voice-nya adalah (was atau were) + being.
ACTIVE / PASSIVE
Examples:
Active : She was watering this plant.
Passive : This plant was being watered by her.
Present Perfect
Jika active voice dalam present perfect tense, maka ‘be’ passive voice-nya adalah been yang diletakkan setelah auxiliary has atau have, sehingga menjadi ‘has been’ atau ‘have been’
ACTIVE / PASSIVE
Examples:
Active : She has watered this plant for 5 minutes.
Passive : This plant has been watered by her for 5 minutes.
Past Perfect
Jika active voice dalam past perfect tense, maka ‘be’ passive voice-nya adalah been yang diletakkan setelah auxiliary had, sehingga menjadi had been
ACTIVE / PASSIVE
Examples:
Active : She had watered this plant for 5 minutes when I got here
Passive : This plant had been watered by her for 5 minutes when I got here
Rumus Passive Voice (Kalimat Pasif) Menggunakan Modal Auxiliaries
Jika pada suatu kalimat terdapat Modal Auxiliaries, maka rumus bentuk pasifnya adalah:
Pada kalimat positif
MODAL + be + VERB 3
Pada kalimat negatif
MODAL + NOT + be + VERB 3
Pada bentuk lampau kalimat pasif
MODAL + have been + VERB 3
Contoh Passive Voice (Kalimat Pasif) Dengan Menggunakan Modal Auxiliaries
Modal Auxiliaries and Similar Expression
Contoh Passive Voice (Kalimat Pasif)
Can – Could
(bisa/dapat)
The door can be opened.
(Artinya: Pintunya dapat dibuka.)
The window can’t be opened.
(Artinya: Jendelanya tidak dapat dibuka.)
This problem could not be fixed by us.
(Artinya: Masalah ini tidak dapat diselesaikan oleh kita.)
be able to
(bisa/dapat)
Shania is able to be hired for Chemical Staff Department.
(Artinya: Shania dapat dipekerjakan untuk bagian staf bahan kimia.)
Will – Would
(akan)
Tom will be invited to the party by Kim.
(Artinya: Tom akan diundang ke pesta oleh Kim.)
Mr. Lee told me that the schedule would not be canceled.
(Artinya: Tuan Lee mengatakan kepada saya bahwa jadwalnya tidak akan dibatalkan.)
May – Might
(boleh/ mungkin)
The Cooking club may be joined by everyone.
(Artinya: Klub memasak boleh diikuti oleh semua orang.)
The machine might not be operated now.
(Artinya: Mesin ini tidak boleh dioperasikan sekarang.)
Must – Have to
(harus/ pasti)
My homework must be finished as soon as possible.
(Artinya: Pekerjaan rumah saya harus diselesaikan secepat mungkin.)
This company has to be established before June.
(Artinya: Perusahaan ini harus didirikan sebelum bulan Juni.)
Should – Ought to
(seharusnya)
That book should not be stolen by him.
(Artinya: Buku itu tidak seharusnya dicuri oleh dia.)
This Letter ought to be sent last week.
(Artinya: Surat ini seharusnya dikirim minggu lalu.)
be supposed to
(seharusnya)
Fred is supposed to be told about the meeting.
(Artinya: Fred seharusnya diberitahu tentang pertemuan atau rapat.)
be going to
(akan)
He is going to be fired from his position as soon as possible.
(Artinya: Dia akan diberhentikan dari jabatannya secepatnya.)
Contoh The Past Passive Voice (Bentuk Lampau Kalimat Pasif) Dengan Menggunakan Modal Auxiliaries
Modal Auxiliaries
The Past – Passive Form (Bentuk Lampau Kalimat Pasif)
Should
The letter should have been sent last week.
(Artinya: Suratnya seharusnya sudah dikirim minggu lalu.)
Must
This house must have been built over 200 years ago.
(Artinya: Rumah ini pasti sudah dibangun lebih dari 200 tahun yang lalu.)
Ought to
Jack ought to have been invited to the party.
(Artinya: Jack seharusnya sudah diundang ke pesta.)

hello guys my name is Dingga Daudy you can call me Dingga . come on study with me . I will explain about conditional sentences for you . thats simple if you might grammars . okey maybe you have looks the text now. and you have traning your grammar to take easy the sentences

Conditional Sentences are also known as Conditional Clauses or If Clauses. They are used to express that the action in the main clause (without if) can only take place if a certain condition (in the clause with if) is fulfilled. There are three types of Conditional Sentences ;

  • Conditional Sentence Type 1 → It is possible and also very likely that the condition will be fulfilled. Form: if + Simple Present, will-Future Example: If I find her address, I’ll send her an invitation.
  • Conditional Sentence Type 2 → It is possible but very unlikely, that the condition will be fulfilled. Form: if + Simple Past, Conditional I (= would + Infinitive) Example: If I found her address, I would send her an invitation.
  • Conditional Sentence Type 3 → It is impossible that the condition will be fulfilled because it refers to the past. Form: if + Past Perfect, Conditional II (= would + have + Past Participle) Example: If I had found her address, I would have sent her an invitation.

oke ,are you happy study with me ? I’m promise that hehehe .. thanks already my blog . see you guys 😉